Mitrapost.com – Bulan Maulid atau Rabiul Awal menjadi salah satu momen istimewa bagi umat Islam. Pada bulan ini, Rasulullah Muhammad dilahirkan, sehingga banyak tradisi keagamaan digelar untuk mengenang dan meneladani kehidupan beliau.
Salah satu amalan yang paling sering dilakukan adalah membaca shalawat. Di balik lantunan shalawat, tersimpan filosofi mendalam yang tidak hanya berkaitan dengan ibadah, tetapi juga nilai kehidupan sehari-hari.
Melansir dari NU Online, shalawat secara sederhana merupakan doa dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT secara langsung memerintahkan umat Islam untuk ber-shalawat sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah.
Membaca shalawat pada bulan Maulid bukan sekadar tradisi, tetapi juga wujud cinta dan syukur atas kelahiran sang pembawa risalah Islam.
Filosofi utama dari shalawat terletak pada pengingat akan akhlak Rasulullah yang penuh kasih sayang, rendah hati, serta mengutamakan kepentingan umat.
Dengan melantunkan shalawat, umat diingatkan untuk meneladani sifat-sifat beliau dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun hubungan sosial.
Selain itu, shalawat juga diyakini membawa ketenangan batin. Lantunan kalimat yang penuh makna menjadi sarana dzikir yang menenangkan hati di tengah hiruk-pikuk dunia modern.
Pada bulan Maulid, pembacaan shalawat secara berjamaah sering dilakukan di masjid maupun pesantren yang sekaligus memperkuat rasa kebersamaan antarumat.
Dari sisi sosial, tradisi shalawat pada bulan Maulid juga memiliki filosofi mempererat ukhuwah. Kegiatan tersebut mengajarkan bahwa kebersamaan dalam mengingat Rasulullah dapat menumbuhkan solidaritas, saling menghargai, serta menjaga harmoni dalam masyarakat.
Dengan demikian, membaca shalawat di bulan Maulid bukan hanya sekadar ritual, melainkan refleksi spiritual, sosial, dan moral. Filosofi yang terkandung di dalamnya mengajarkan umat untuk selalu mengingat, meneladani, serta menghidupkan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam setiap aspek kehidupan. (*)

Redaksi Mitrapost.com