Mitrapost.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa sepuluh tahun terakhir merupakan periode terpanas dalam sejarah perubahan iklim. Fenomena ini memaksa masyarakat mengambil langkah, terkhusus pada sektor pertanian.
Melansir dari CNBC Indonesia, salah satu langkah yang diambil oleh pihak BMKG, di antaranya dengan menggencarkan program Sekolah Lapang Iklim (SLI), pembekalan kepada petani terkait pengetahuan dan pendampingan seputar perubahan iklim.
Dalam program SLI, petani diajarkan membaca dan memahami prediksi iklim, menyesuaikan pola tanam, memilih varietas sesuai kondisi musim, hingga mengoptimalkan teknik pemanenan air hujan untuk menekan angka risiko gagal panen.
Sebelumnya, petani Indonesia selalu mengandalkan cara tradisional, yaitu titi mongso (titimangsa/ pranata mangsa) atau sistem penanggalan pertanian di Jawa. Namun, semenjak perubahan iklim mulai meradang, sistem tradisional ini disebut menjadi tidak relevan.
Oleh karena itu, program SLI mulai diberlakukan oleh BMKG untuk memberikan edukasi kepada pegiat tani sesuai dengan teori keilmuwan.
Salah satu daerah yang telah menggelar SLI Tematik, yaitu di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Senin (22/09/2025) lalu dengan diikuti 60 peserta.
Sejumlah peserta tersebut masing-masing terdiri dari perwakilan petani hortikultura, penyuluh pertanian lapangan (PPL), pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT), kelompok wanita tani, hingga petani milenial.
Sekolah Lapang Iklim disebut menjadi jembatan antara data iklim dan strategi pertanian yang menjadi salah satu aksi nyata BMKG untuk mendukung ketahanan pangan nasional sebagaimana tercantum dalam Asta Cita Presiden. (*)

Redaksi Mitrapost.com