Mitrapost.com – Korea Selatan (Korsel) tercatat adanya peningkatan angka kelahiran pada 2024. Namun hal tersebut tidak cukup meningkatkan peringkat sebagai yang terendah, di antara negara-negara dalam Organisasi untuk Kerja Sama dan Pertumbuhan Ekonomi (OECD).
Melansir dari CNBC Indonesia, rata-rata angka kelahiran negara-negara OECD berada pada kisaran 1,43 pada tahun 2023, sementara Korea Selatan memiliki rata-rata hanya sebesar 0,74 di tahun yang sama.
Kondisi penurunan populasi ini disebut oleh Bank of Korea menimbulkan fenomena resesi permanen untuk tahun 2040. Jika Korsel berniat untuk menyelamatkan diri dari resesi tersebut, maka tingkat populasinya harus mencapai 2,1, di mana angka tersebut jauh di ambang batas yang dimiliki.
Prediksi resesi permanen di tahun 2040 tersebut dihasilkan melalui studi dari Korea Development Institute, yang mengatakan bahwa pergeseran demografis akan terus menghambat potensi pertumbuhan.
Direktur Institut Populasi Semenanjung Korea untuk Masa Depan, Lee In-sil menyebut salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengadakan inovasi teknologi, dan jika mengalami kegagalan, maka perlambatan ekonomi akan terus berkelanjutan.
Selain itu, Korsel sendiri juga telah meluncurkan beragam upaya, seperti mengadakan paket-paket dukungan bagi pengantin baru untuk memiliki anak, termasuk bonus kelahiran dan hadiah uang tunai.
Ibu Kota Korea Selatan, Seoul bahkan disebut telah menghabiskan lebih dari 270 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp.4.506 triliun dalam kurun waktu 16 tahun terakhir untuk insentif mendorong angka kelahiran.
Di tahun 2023 bahkan Seoul telah mengusulkan gagasan pembebasan pria dari program wajib militer yang telah memiliki tiga anak atau lebih sebelum usia 30 tahun. Namun upaya-upaya tersebut hanya menghasilkan dampak kecil di Korea Selatan. (*)

Redaksi Mitrapost.com