Blora, Mitrapost.com – Petani tebu Blora, Jawa Tengah saat ini mengalami kondisi sulit. Pasalnya, 1.500 hektare lebih tanaman tebu belum ditebang imbas behentinya operasional Pabrik Gula (PG) Gendhis Multi Manis (GMM) di Todanan.
Operasional terhenti karena kedua unit boiler pabrik mengalami kebocoran pipa yang tidak bisa diatasi dalam waktu singkat.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Blora Sunoto menyoroti penempatan teknisi non ahli di bagian vital yaitu teknisi boiler.
“PG itu jantungnya ada di boiler. Tapi teknisi boiler diganti orang yang bukan ahlinya. Sekarang petani yang jadi korban,” ujarnya saat audiensi di DPRD Blora dilansir dari Antara.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Blora Kusnanto juga menyoroti kesiapan pabrik yang dinilai lemah sejak awal.
“Mesin boiler yang dipakai GMM memang bermasalah. Kalau sudah tua dan tidak layak, seharusnya ada solusi sejak awal. Jangan sampai petani yang menanggung kerugian,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PT GMM Sri Emilia Mudiyanti mengaku bakal bekerja sama dengan PG Rendeng dan PG Trangkil agar petani tak rugi.
“Kami mohon maaf kepada petani karena tidak bisa menyerap seluruh tebu. Kami siapkan fasilitas tambahan berupa jembatan timbang dan transportasi ke pabrik lain,” ujarnya.
Di sisi lain, petani masih mengkhawatirkan kualitas tebu yang turun jika lama tak digiling. Kerugian ditaksir bisa mencapai puluhan miliar rupiah, dengan rata-rata nilai satu truk tebu sekitar Rp5 juta.
Pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blora pun menegaskan bakal mengawal persoalan ini.
“Kami tidak ingin petani terus jadi korban. Kalau memang harus beli boiler baru, keputusan harus segera diambil. Minggu depan kami jadwalkan bertemu wakil menteri, bahkan menteri, agar ada solusi cepat,” kata Ketua DPRD Blora Mustofa di Blora. (*)

Redaksi Mitrapost.com