Mitrapost.com – Sebuah kota yang terletak paling utara di dunia, Longyearbyen, tepatnya di kepulauan Svalbard, Norwegia sekitar 1.300 kilometer dari Kutub Utara, sekitar 2.400 penduduk hidup ketika Matahari tidak muncul sama sekali selama empat bulan.
Melansir dari CNBC Indonesia, fenomena ini terjadi akibat kemiringan sumbu Bumi yang dapat menyebabkan perubahan ekstrem antara siang dan malam sepanjang tahun.
Ketika musim dingin tiba, Longyearbyen diselimuti kegelapan total hingga selama empat bulan atau yang dikenal dengan “polar night”, sementara selama musim panas, Matahari tidak pernah terbenam atau yang dikenal dengan “midnight sun”.
Meski berada dalam cuaca ekstrem tersebut, Kota Longyearbyen juga telah dilengkapi oleh fasilitas modern seperti sekolah, restoran, hingga toko-toko kecil.
Untuk untuk tetap dapat beraktivitas seperti pada umumnya, masyarakat disarankan membawa senjata api ketika bepergian keluar kota untuk menjaga diri dari serangan hewan liar beruang kutub yang banyak berkeliaran.
Kini, fakta menarik dari Kota Longyearbyen justru berhasil membuatnya menjadi pusat riset ilmiah termasuk pariwisata petualangan hingga dapat menarik puluhan ribu wisatawan setiap tahunnya.
Hal ini semakin unik ketika daya tarik utama kota tersebut terdapat pada sebuah gudang penyimpan lebih dari sejuta benih tanaman dari seluruh dunia, yang disebut juga “gudang benih kiamat” atau Svalbard Global Seed Vault.
Dinamakan demikian, karena gudang tersebut dibangun sebesar 120 meter di dalam gunung dan dirancang dapat bertahan dari bencana alam apapun hingga ratusan tahun.
Selain itu, Kota Longyearbyen juga menawarkan pemandangan langka, yakni aurora borealis atau cahaya utara yang menari di langit hingga menjadi salah satu tempat terbaik di dunia untuk menyaksikan fenomena astronomi, seperti super blue blood moon. (*)

Redaksi Mitrapost.com