Mitrapost.com – Batik Parang merupakan salah satu motif batik klasik tertua di Indonesia yang memiliki nilai filosofi mendalam. Motif ini berasal dari lingkungan keraton Jawa, khususnya Kesultanan Mataram, dan menjadi simbol kebijaksanaan, keberanian, serta kesinambungan hidup.
Dalam laman resmi Museum Sonobudoyo Yogyakarta, nama parang berasal dari kata pereng yang berarti lereng atau kemiringan, mencerminkan kehidupan yang selalu bergerak dinamis dan penuh perjuangan.
Secara visual, motif Batik Parang ditandai dengan pola diagonal menyerupai ombak laut yang berulang terus-menerus. Pola ini menggambarkan semangat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Garis miring yang tak terputus juga melambangkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Dalam tradisi Jawa, motif Parang dahulu hanya boleh dikenakan oleh kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan.
Setiap jenis Parang memiliki makna yang berbeda. Misalnya, Parang Rusak Barong melambangkan kekuatan dan tanggung jawab pemimpin dalam menjaga rakyatnya, sementara Parang Klitik menggambarkan kelembutan dan kebijaksanaan seorang perempuan.
Selain aspek filosofis, Batik Parang juga menjadi simbol nilai-nilai luhur yang diwariskan lintas generasi. Pola yang berulang mengajarkan pentingnya kesinambungan budaya dan konsistensi dalam menjalani kehidupan.
Kini, meski sudah mengalami berbagai inovasi desain, nilai-nilai filosofi Batik Parang tetap dijaga sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.
Motif Parang bukan sekadar karya seni tekstil, tetapi juga cerminan falsafah hidup masyarakat Jawa yang menekankan keseimbangan antara kekuatan, kesabaran, dan kebijaksanaan. (*)

Redaksi Mitrapost.com




