Mitrapost.com – Perayaan Imlek di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perjalanan komunitas Tionghoa di Nusantara.
Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda pergantian tahun dalam penanggalan lunar, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya yang terus berkembang dari masa ke masa.
Melansir dari Kompas.id, pada masa awal kedatangan komunitas Tionghoa perayaan Imlek dilakukan secara sederhana di lingkungan keluarga dan komunitas setempat.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa ritual sembahyang leluhur, pembersihan rumah, dan doa di klenteng menjadi bagian utama dari rangkaian Imlek sejak abad ke-18. Tradisi tersebut kemudian beradaptasi mengikuti dinamika sosial dan politik yang terjadi di Indonesia.
Pada era Orde Baru, perayaan Imlek sempat dibatasi dan banyak simbol budaya Tionghoa tidak ditampilkan di ruang publik. Imlek baru kembali dirayakan secara terbuka setelah diberlakukannya Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 yang mencabut pembatasan aktivitas budaya Tionghoa.
Kebijakan tersebut menjadi titik perubahan besar dalam perkembangan tradisi tersebut di Indonesia. Memasuki era modern, prosesi Imlek semakin meriah dan inklusif. Barongsai, liong, festival lampion, serta pertunjukan budaya kini rutin digelar di berbagai kota.
Selain itu, pusat perbelanjaan dan ruang publik turut merayakan Imlek dengan dekorasi khas berwarna merah dan emas. Imlek kini bukan hanya perayaan etnis tertentu, tetapi telah menjadi bagian dari keragaman budaya Indonesia.
Melalui perjalanan panjang tersebut, Imlek di Indonesia berkembang menjadi tradisi yang mencerminkan harmoni, kebersamaan, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya. (*)

Redaksi Mitrapost.com

