Mitrapost.com – Manusia menjadi makhluk dengan kompleksitas berbeda setiap individunya. Ia dibekali dengan emosi yang bisa menunjukkan perasaan senang, marah ataupun takut. Tentu saja emosi-emosi ini memiliki dampak negatif dan positif bagi individu, salah satunya emosi kemarahan.
Dalam perspektif agama Islam, emosi marah itu merupakan pemberian dari Allah yang harus ditahan dan dikendalikan. Larangan marah juga dijelaskan dalam berbagai ayat alquran dan hadis.
Dalam surat Ar-ra’ad ayat 28 dijelaskan agar umat Islam mengingat kepada Allah YME saat sedang marah.
“Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati tentram.”
Sementara dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud bahwa Allah akan memberikan balasan kebaikan bagi hambanya yang mampu mengendalikan amarah.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menahan kemarahannya sedangkan ia mampu untuk melakukannya maka Allah azza wa jalla akan menyeru dia di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat untuk dipilihkan baginya bidadari yang dikehendakinya.” (HR. Abu Daud)
Baca juga:Mengelola Amarah dalam Ajaran Islam
Dampak dari kemarahan sendiri tidak baik bagi diri sendiri. Dari segi kesehatan emosi kemarahan yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah, pernapasan semakin cepat dan suhu tubuh meningkat sehingga mengakibatkan tubuh cepat lelah.
Akibat marah terhadap orang lain juga bisa membuat hubungan antar manusia menjadi renggang. Bahkan kadang saat lepas kontrol, seseorang bisa melakukan perbuatan seperti kekerasan dan hal-hal merugikan lainnya.
Imam Annawawi dalam kitab Al-Adzkar menjelaskan bahwa saat orang sedang dilanda amarah maka sekurang-kurangnya ia membaca ta’awudz. Namun lebih dianjurkan lagi jika ia berwudhu lalu melakukan salat dua rakaat. Lalu berdoa kepada Allah sebagaimana diajarkan Rasulullah seperti berikut ini:
Rasulullah mengajarkan umatnya untuk melafalkan doa berikut ini saat sedang marah
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ ، وَأَجِرْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ
Allâhummaghfirlî dzanbî, wa adzhib ghaizha qalbî, wa ajirnî minas syaithâni.
Artinya, “Tuhanku, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan.” (*)
Baca juga: Tiga Penyakit Hati yang Harus Dibersihkan
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Ulfa
Redaksi Mitrapost.com