Temanggung, Mitrapost.com – Banyak hal bisa dilakukan untuk mengisi kegiatan bulan Ramadan. Salah satunya adalah dengan bermain musik dan karawitan, seperti yang dilakukan oleh Sri Hamwati yang merupakan seorang guru tuna netra di SLBN Temanggung berbinar.
Latihan karawitan diakui Sri membuatnya terhibur. Bahkan konsentrasi pada latihan berhasil mengalihkan rasa laparnya saat menjalani puasa Ramadan. Keahliannya juga bertambah, serta muncul perasaan bangga telah ikut melestarikan kesenian tradisional.
“Saat puasa mengisinya dengan kegiatan jadi terhibur dan tidak merasa lapar. Nambah ilmu dan hiburan juga. Ini seni budaya kita yang harus dilestarikan,” ujar Sri usai sesi latihan karawitan lagu Suwe Ora Jamu.
Menurut pelatih karawitan Yuni Prasetyo lagu Suwe Ora Jamu yang dimainkan pada sesi latihan itu memiliki tingkat kesulitan yang relative rendah. Yakni hanya memuat 16 nada.
Lagu Suwe Ora Jamu menurut pelatih karawitan Yuni Prasetyo, coba dimainkan pada sesi latihan ini, karena tingkat kesulitannya relatif rendah, juga dari sisi irama. Lagu ini memuat 16 nada.
Baca juga: Bupati Ajak Generasi Muda Lestarikan Budaya Membaca
Yuni yang juga Guru Seni Budaya SLBN Temanggung menjelaskan, lagu Suwe Ora Jamu pada latihan ini dimainkan dengan irama lancar sesuai tradisi karawitan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Yakni dengan mengutamakan rasa serta membuat atau mengatur irama dengan instrumen gendang.
“Yang membedakan dari bentuk gending lain adalah instrumen kolotomik, yang mendukung irama seperti instrumen kenong, kempul atau gong, dan instrumen ketuk berjarak satu,” ujar Yuni.
Bagi Yuni, mengajar kesenian karawitan terhadap siswa tuna grahita dan tuna rungu memiliki tantangan yang berbeda. Dari kasus tuna grahita diakui mereka gampang lupa sehingga metode mengajarnya harus secara bertahap.Misal empat nada dulu sampai mereka hafal, baru disambung lagi.
Sedangkan untuk melatih tuna rungu harus memakai hitungan. Mereka cerdas dalam membaca notasi, tapi tidak bisa mendengar, sehingga Yuni harus membuat ketukan untuk memandu mereka.
“Tuna rungu diajari menabuh gending, karena untuk menunjang mereka menari. Tuna netra diarahkan untuk menyanyi,” katanya.
Baca juga: Asal Muasal Batik Bakaran, Warisan Budaya Khas Pati
Kepala SLBN Temanggung Ina Sulanti, menerangkan, latihan karawitan baru dimulai pada Jumat (16/4/2021). Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi, serta menumbuhkan cinta budaya Indonesia, khususnya Jawa.
Ia mengakui amat sulit menanamkan anak agar melestarikan budaya Jawa. Biasanya kalau anak sudah dilepas dari sekolah, mereka tidak akan belajar lagi, lalu kesenian ini berhenti. Kecuali jika ada grup kesenian di lingkungannya.
“Ini semacam hobi, hiburan biar tidak terlalu stres karena pandemi, juga melestarikan budaya Jawa. Di bulan puasa, karena sudah punya niat jadi latihan karawitan ini bisa mengalihkan perhatian dari rasa lapar,” katanya. (*)
Baca juga: Sengaja Memegang Mimbar Masjid Jami’ Kajen Bisa Nggeblak
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Ulfa PS
Redaksi Mitrapost.com






