“Kalau untuk Alsintan untuk combine dan blower sudah optimal pemanfaatannya. Yang menjadi PR kita itu alat tanamnya, Transplanter. Belum digunakan sepenuhnya oleh kelompok tani. Padahal dari Dinas Pertanian sudah dibagikan banyak,” kata Sudiyono, Sabtu (12/6/21)
“Alasannya perlakuan untuk membuat persemaian itu memakan waktu sebelum bibit ditanam menggunakan mesin. Pembuatan persemaiannya, di rentetan persemainya memakan waktu,” imbuhnya
Baca Juga: Dispertan Pati Serahkan Alat Pengolahan Kopi
Tak hanya itu, saat transplaten akan digunakan, lahan harus steril dari hama keong agar tak menghambat jalannya mesin tanam. Sedangkan para petani biasanya enggan menyingkirkan keong saat musim tanam.
Sudiyanto menyayangkan minimnya minat kelompok tani menggunakan Transplater, padahal bila dioptimalkan alat ini dapat menekan penggunaan benih hingga menghemat ongkos produksi tanam padi.
“Kalau dihitung-hitung kalau pakai Transplanter lebih murah, satu kotaknya hanya Rp 275 ribu biayanya. Paling hanya untuk bayar operator, kalau pakai kuli sudah berapa bisa jutaan belum ndautnya belum tandurnya,” urai Sudiyanto