Mitrapost.com – Wabah Covid -19 yang awalnya muncul di Wuhan telah memberikan dampak global di seluruh dunia. Kematian yang disebabkan terjangkit virus ini semakin meningkat setiap hari.
Ancaman virus ini sendiri, membuat banyak negara melakukan tindakan karantina bahkan sampai penerapan lockdown.
Meskipun tindakan tersebut merupakan cara melindungi diri terhadap penyebaran virus corona, namun hal ini ternyata menimbulkan dinamika kehidupan masyarakat menjadi cemas, depresi, stres, serta memicu krisis multidimensi di mana-mana sehingga menimbulkan dampak negatif pada psikologis.
Brooks, Amlot, Rubin & Greenberg, menyatakan kesusahan dan kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang mengancam dan tidak terduga seperti Covid-19 ini.
Kemungkinan reaksi yang berhubungan dengan stres sebagai respon terhadap pandemi Covid-19 dapat mencakup perubahan konsentrasi, iritabilitas, kecemasan, insomnia, berkurangnya produktifitas dan konflik antar pribadi, tetapi khususnya berlaku untuk kelompok yang langsung terkena dampak.
Kecemasan ini perlu dikelola dengan baik, sehingga tetap memberikan awareness namun tidak sampai menimbulkan kepanikan yang berlebihan atau sampai pada gangguan jiwa yang lebih buruk.
Untuk mengatasai hal tersebut, diperlukan adanya dukungan sosial dan spiritual. Dukungan sosial ini dapat berupa gambaran mengenai peran atau pengaruh yang ditimbulkan yang berarti atau orang terdekat seperti keluarga, teman, saudara dan rekan kerja.
Sedangkan spiritual merupakan faktor yang membantu individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta beradaptasi dengan penyakit.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, mendapatkan pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Dalam penelitian Koenig, HG, Al Zaben, dan Khalifa, D A, dalam Religion Spirituality and Mental Health in The West and The Middle East (2012) menyebutkan bahwa spiritualitas dan keyakinan agama memiliki pengaruh bagi kesehatan mental bagi penderita depresi, stres, dan mampu mengurangi dorongan melakukan tindakan bunuh diri. Di samping itu, secara transendental, kekuatan spiritual memberikan kontribusi positif bagi ketahanan mental sekaligus ketahanan fisik individu.
Kebutuhan inilah yang harus dipenuhi setiap individu dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tujuan dapat membantu mengurangi stres, depresi, kegelisahan dan isolasi serta meningkatkan harga diri, kehidupan normal, kesejahteraan dan kualitas hidup.
Peningkatan spiritual menjadi faktor pendukung untuk menjaga kesehatan mental atau rohani agar tercipta harmonisasi spiritual dan religiusitas sebagai ketahanan menghadapi pandemi Covid-19, karena sistem imun yang optimal sangat berkaitan dengan optimalisasi keseimbangan antara tubuh seseorang dengan spiritual atau psikisnya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menguatkan spiritualitas diantaranya sehat luar dalam, lalu menguatkan peran khalifah untuk memperbaiki sekitar kita, meningkatkan silaturrahmi, membaca kitab suci, mengurangi paparan berita dari media, meluangkan waktu untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Dalam hal ini, sebagai umat beragama Islam riyadhoh menggunakan Sholawat Nabi adalah hal yang sangat universal, yang dapat dilakukan secara mudah untuk mengajak masyarakat secara terus menerus berikhtiar melawan Covid-19.
Menurut Al-Haitami, makna asli dari shalawat adalah do’a. Sholawat berasal dari kata shalat dan bentuk jama’nya menjadi shalawat yang berarti do’a untuk mengingat Allah secara terus menerus.
Shalawat Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya adalah berupa rahmat, dan shalawatnya Allah kepada Rasulullah SAW adalah berupa rahmat, keridlaan, pengagungan, pujian dan penghormatan.
Sedangkan shalawatnya para malaikat kepada Rasulullah SAW adalah berupa permohonan ampunan dan do’a agar dicurahkan rahmat. Dan shalawat para pengikut Rasulullah SAW kepada beliau adalah berupa do’a dan menjunjung perintah beliau.
Anjuran untuk memperbanyak Sholawat Nabi Muhammad SAW ini merupakan perintah langsung dari Allah SWT, yang termaktub dalam Al Qur’an surat Al Ahzab, ayat 56.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Dalam sebuah Hadist juga disebutkan, anjuran memperbanyak Sholawat Nabi Muhammad SAW kepada umatnya agar mendapat syafaatnya dan rahmat dari Allah SWT,
سَمِعْتُمُ الْنِدَاءَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ, ثُمَّ صَلّوْا عَلَيَّ, فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهً عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا, ثُمَّ سَلوْا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ, فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ لَا تنْبَغي إِلّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ الله, وَ أَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُو, فَمَنْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةَ ( رواه مسلم ).
“Apabila kalian mendengar suara muazzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diserukannya, kemudian bacalah shalawat untukku. Karena sesungguhnya barang siapa yang membaca shalawat untukku, maka Allah akan membalasnya dengan sepuluh kali lipat. Kemudian mohonkanlah kepada Allah al-Wasilah untukku, karena sesungguhnya al-Wasilah itu adalah suatu kedudukan di surga yang tidak diberikan melainkan hanya kepada seseorang dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap semoga orang tersebut adalah aku sendiri. Barang siapa yang memohonkan wasilah buatku, maka dia akan mendapat syafaat. (HR. Imam Muslim).
Salah satu sholawat yang dianjurkan untuk diamalkan adalah Sholawat Jibril (صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد ) yang memiliki bacaan yang terpendek. Dinamakan sholawat jibril karena yang pertama kali membacanya adalah Malaikat Jibril.
Dikisahkan, saat itu Nabi Adam AS hendak menyentuh Siti Hawa, namun dilarang karena belum halal. Nabi Adam AS pun diharuskan membayar mahar. Lantas Nabi Adam bertanya kepada Allah SWT, “Apa Maharnya Tuhanku?” tanya Nabi Adam. Kemudian Allah SWT berfirman, “ صل الله على حبيب محمد “, Bacalah shalawat kepada kekasihku Muhammad.” Lalu malaikat Jibril mendekati Nabi Adam dan membisiki Nabi Adam dengan kalimat,
“صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد / Shollallohu A’la Muhammad.”
Artinya: “(Ya Allah) berikanlah tambahan rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad.”
Sholawat Jibril inilah yang sering diijazahkan oleh para ulama mursyid thoriqoh untuk para santri dan masyarakat sebagai amalan keseharian yang bertujuan untuk taqorrub ila Allah dengan mengirim do’a keselamatan dan tambahnya rahmat kepada Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam.
Sholawat ini sudah banyak dijadikan riyadloh oleh beberapa ulama, Pondok Pesantren dan kaum muslim di beberapa penjuru dunia, termasuk di daerah pedesaan tepatnya desa Tanjungrejo kecematan Margoyoso kabupaten Pati Jawa Tengah.
Sholawat jibril juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk menjaga kesehatan mental atau rohani agar tercipta harmonisasi spiritual dan religiusitas sebagai peningkatan ketahanan menghadapi pandemi Covid-19. (*)
Artikel ini ditulis oleh Ulfatin Choiriyyah, Fakultas Tarbiyah Pendidikan Bahasa Arab, Institut Pesantren Mathali’ul Falah Pati Jawa Tengah
Redaksi Mitrapost.com