Rembang, Mitrapost.com – Nelayan kapal kecil di Rembang memilih tidak melaut bulan-bulan ini. Hal tersebut dikarenakan, ikan berenang makin ke tengah, hal ini membuat nelayan melaut makin jauh. Sehingga, biaya operasional yang bertambah tak sebanding dengan tangkapan yang akan didapat.
Sepinya ikan, membuat mayoritas nelayan kecil beralih profesi mulai dari nyimbat (magang di kapal besar), jadi kuli seret, hingga tukang bongkar di TPI (tempat pelelangan ikan).
Selain ikan sepi, Heri Martono, Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Rembang juga mengatakan bahwa sumber daya ikan (SDI) di Rembang juga makin turun setiap tahunnya.
“Nelayan kecil bulan-bulan ini menepi. Banyak memilih tidak melaut, selain itu sumber daya ikan menurun,” hal ini diungkapkan oleh Heri Martono saat ditemui Mitrapost.com di kantornya.
Turunnya sumber daya ikan di laut Rembang disebabkan oleh penggunaan alat penangkapan ikan tak ramah lingkungan seperti penggaruk dan pukat tarik secara besar-besaran. Alat tersebut membuat ekosistem ikan rusak, khususnya tempat berkembangbiak ikan tangkapan nelayan kecil di pinggir.
“SDI menurun karena ekosistem rusak. Daerah 1 mil kan daerah pemejahan ikan. Alat tidak ramah lingkungan itu menyapu ikan berkembang biak. ya mati. Setiap tahun atau bulan nelayan melaut pasti semakin jauh,” kata Heri kepada Mitrapost.com.
Heri menyebut, turunnya SDI tidak hanya terjadi di Rembang saja melainkan merata secara nasional.
Pemerintah daerah melalui Dinlutkan Rembang juga telah melakukan langkah beberapa pencegahan konservasi ekosistem laut, mulai sosialisasi penggunaan alat tangkap ramah lingkungan hingga membuat rumah ikan di kawasan strategis.
“Kita yang disasar kelembagaannya kita ada KUB dan kelompok nelayan, kita yang dibina itu. Ngandan-ngandani di darat kalai teknis dilaut kami serahkan Provinsi. Oleh karena itu butuh konservasi penanaman rumah ikan rumpon, keseimbangan alam jaga,” tandas Heri. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati