Malang, Mitrapost.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Malang mengungkap penyebab cuaca ekstrem yang terjadi selama beberapa waktu terakhir.
Sejak bulan Agustus, sejumlah wilayah, termasuk di Malang Raya diguyur hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi hampir tiap hari. Musim hujan dan cuaca ekstrem ini diprediksi akan terjadi hingga bulan Maret. Sehingga semua elemen masyarakat diimbau ekstra waspada karena berbagai bencana bisa terjadi, seperti halnya pohon tumbang dan angin puting beliung.
Pernyataan itu disampaikan oleh Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Malang, Ahmad Luthfi, S.ST saat ditemui di kantornya pada Senin (27/12/2021). Menurutnya, kewaspadaan harus ditingkatkan karena dalam dua hari berturut-turut beberapa waktu lalu terpantau hujan ekstrim atau hujan dengan intensitas sangat lebat.
“Terukur di salah satu pos pemantau kami dalam waktu 1-2 jam terdeteksi intensitas hujan 66 mm. Sedangkan pada umumnya, dalam 1 jam dikatakan ekstrim kalau pada alat kami terdeteksi lebih 20 mm. Jadi kondisi ini sudah melampaui kriteria ekstrim atau tergolong sangat ekstrim. Kategori sangat ekstrim ini karena disertai angin kencang dengan hujan es,” jelasnya.
Namun kondisi ini, kata Luthfi, terbilang lumrah terjadi saat peralihan, artinya saat memasuki masa puncak musim hujan.
Hal tersebut terjadi lantaran, berdasarkan pantauan dari kondisi angin, atmosfer maupun lautan, di Indonesia, khususnya di Jawa Timur terpantau pola belokan angin yang memicu peningkatan terjadinya awan-awan konvektif yaitu awan Cumulonimbus. “Terjadinya hujan ekstrem. angin kencang dan hujan es ini pada siang hari menjelang sore,” imbuh Luthfi.
Luthfi juga mengungkapkan alasan terjadinya pada siang menjelang sore hari. Menurutnya, hal tersebut merupakan tipikal hujan yang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia. Prosesnya, ada pembentukan awan terjadi dari penguapan awan yang intens di siang hari, sehingga menjadi meningkat baik secara bentuk dan luas. Kemudian dalam waktu singkat membentuk awan konvektif tadi, yang akhirnya terjadi hujan es.
Hujan es yang sempat terdeteksi atau terjadi di beberapa daerah di Malang beberapa hari lalu, kata Luthfi, sebenarnya juga terjadi di daerah lain. Potensi hujan es ini pun masih dimungkinkan akan terjadi. Karena potensi penguapan selama Januari hingga Maret di Indonesia masih cukup tinggi dan hal ini disebabkan karena posisi matahari sedang ada di belahan bumi selatan, sehingga pemanasan masih cukup intens dan akan meningkatkan faktor penguapannya.
Untuk mitigasi, Luthfi imbau masyarakat agar juga harus tahu kapan dan di daerah mana saja yang dimungkinkan akan mengalami atau terjadi cuaca ekstrem. Dia mencontohkan, pada siang dan sore hari warga bisa memantau kondisi visual awan, memantau melalui aplikasi info dari BMKG, melalui kanal-kanal resmi BMKG yaitu bmkg.go.id maupun di juanda.jatim.bmkg.go.id serta berbagai media sosial, baik Twitter atau Instagram.
“Melalui kanal-kanal resmi itu, kami di BMKG sudah lengkap menyajikan informasi seperti peringatan 3 harian terkait potensi hujan dengan intensitas tinggi atau cuaca ekstrem. Warga dapat memantau melalui kanal-kanal itu di pagi hari untuk mengetahui prakiraan cuaca pada siang dan sore hari. Setelah diatas jam 12 siang, masyarakat dapat mengecek lagi daerah mana saja yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem, sehingga lebih waspada dan dapat terhindar dari dampak cuaca ekstrim tersebut,” urai Luthfi.
Pernyataan serupa disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang Drs. Alie Mulyanto, MM. Menurutnya, di tengah cuaca ekstrem ini, bencana bisa terjadi kapan saja dan tidak dapat dihindari serta masyarakat harus selalu waspada untuk meminimalisir adanya dampak dari cuaca ekstrem ini.
Ia juga menambahkan, di Kota Malang berbagai potensi bencana masih kerap terjadi seperti pohon tumbang, tanah longsor dan banjir. “Tak hanya warga masyarakat, kami pun di BPBD akan terus waspada. Sehingga saat terjadi bencana kami siap untuk memberi bantuan maupun evakuasi,” tuturnya. (*)
Redaksi Mitrapost.com