Wayang Lasem, Seni Hasil Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa yang Kian Meredup

Rembang, Mitrapost.com – Wayang gagrak Lasem merupakan kesenian asli dari Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang yang bersinar di era tahun 1990-an. Kesenian ini cukup unik karena tidak sembarang dalang bisa menguasai pementasan wayang gagrak Lasem.

Salah satu budayawan Lasem, Yon Suprayoga menjelaskan, wayang gagrak Lasem terbilang sulit bahkan hanya dalang tertentu saja yang bisa memainkannya. Sebab, iringan gamelan dalam gelaran wayang ini harus bernada slendro dan tidak boleh nada pelog.

“Gamelannya yang mengiringi harus slendro, kalau pelog sudah tidak bisa, nada slendro itu menggambarkan suasana yang megah namun sunyi, muram namun tenang, sunyi dan mengandung harapan. Berbeda dengan pelog yang menggambarkan suasana gagah perkasa, dan agung. Makanya, ini salah satu yang menjadikan kesulitan kalau mementaskan. Mulai dari awal sampai akhir harus slendro semua, tidak boleh ada pelog,” imbuhnya.

Wayang gagrak Lasem merupakan induk dari wayang gagrak yang ada di beberapa daerah lain. Seperti wayang gagrak Solo, wayang gagrak Jogja, wayang gagrak Kebumen, dan di wilayah lain.

“Pagelaran wayang ini sendiri memiliki ciri khas yang berbeda dengan wayang gagrak di daerah lain. Perbedaan itu terletak pada awal pentas wayang gagrak Lasem yang selalu diawali dengan permainan wayang golek,” ujar Yon Suprayoga kepada Mitrapost.com, Rabu (9/2/2022).

“Wayang gagrak Lasem juga memiliki ciri khas dari tokoh-tokohnya, yakni Ratu, Patih Alus, Patih Kasar, Emban Ayu, Emban Elek, Golek Ayu dan Kyai Regol. Setiap wayang boleh diberi nama atau tokoh sesuai dengan kebutuhannya, hanya Kyai Regol yang tidak boleh diganti karena semacam representasi rakyat Lasem,” imbuhnya.

Namun, kepopuleran wayang gagrak pesisiran Lasem kini kian meredup seiring berkembangnya zaman. Terlebih, tingkat kesulitannya yang terbilang tinggi.

Menurut Yon Suprayogo, hanya menyisakan dua orang dalang saja yang bisa memainkan kesenian asli Lasem ini.

Kedua dalang itu yakni Ki Sahir dari Desa Jolotundo, Kecamatan Lasem dan Ki Kartono dari Desa Sendangasri, Kecamatan Lasem. Eksistensi wayang tersebut dikhawatirkan punah lantaran tak ada lagi yang sanggup memainkannya.

“Setelah dalang yang tua-tua itu sudah tidak ada, yang bisa meneruskan wayang gagrak Lasem itu Ki Sahir, Ki Ramelan, Ki Priyodari, dan Ki Kartono. Kemudian dalang Ramelan dari Doropayung sudah kapundhut (meninggal), Ki Priyodari juga sudah kapundhut. Hanya tinggal saya dan Mas Kartono,” ujar Ki Sahir saat diwawancarai.

Ki Sahir menuturkan, saat ini sudah mulai muncul beberapa orang yang tertarik belajar kesenian wayang. Dalang pewayangan umum di wilayah Rembang mulai mempelajari pementasan wayang gagrak Lasem.

“Saya sangat terbuka dan berterima kasih jika ada yang mau belajar dan melestarikan kesenian asli dari Lasem ini,” tandasnya. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati