Kategori Kafir Tak Relevan di Negara Modern

Gus Yahya juga mengatakan perang yang panjang antara dunia Islam dan dunia nonmuslim.

“Kenapa kita punya yang seperti ini baik di lingkungan nonmuslim ada islamofobia, di lingkungan umat Islam ada kafirofobia, karena kita mewarisi sejarah dari konflik yang panjang sekali selama berabad-abad antara Islam melawan dunia nonmuslim,” ungkap dia.

“Misalnya seperti selama era Turki Usmani 700 tahun dari kekuasaan Turki Usamani itu tidak pernah berhenti sama sekali kompetisi militer melawan kerajaan-kerajaan Kristen Eropa di Barat, begitu juga di timur ada Dinasti Mughal yang sepanjang waktu yang cukup lama terlibat konflik yang sangat tajam dengan umat Hindu di India, khususnya India bagian utara,” tambah dia.

Baca Juga :   BNPB Rembang Berkomitmen Seimbangkan Penanggulangan Bencana Daerah dan Nasional

Gus Yahya mengatakan pola piker masyarakat berkenaan dengan sejarah persaingan agama masih mengendap.
“Ini semua sejarah yang kita warisi sekarang dan sudah mengendap sebagai mindset kita sekarang. Sementara wacana tentang moderasi dan toleransi itu justru sesuatu yang baru. Nah, yang terjadi sebetulnya bahwa dulu dunia ini memang merupakan rimba persaingan antar-identitas, termasuk identitas-identitas agama. Di situ kerajaan-kerajaan dengan identitas agama, negara dengan identitas agama berkonflik satu sama lain, bersaing secara politik dan militer dengan membawa label agama masing-masing,” ujar dia. (*)