Mitrapost.com – Kisah Nabi Khidzir yang masih misterius hingga saat ini, diketahui bahwa Nabi Khidzir adalah seseorang yang mengajarkan kesabaran dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa.
Salah satu cerita Al- Quran yang sangat luar biasa serta dipadati dengan teka- teki merupakan, cerita seorang hamba yang Allah SWT memberinya rahmat dari sisi- Nya serta mengajarinya ilmu. Cerita tersebut ada dalam surah al- Kahfi di mana ayat- ayatnya diawali dengan cerita Nabi Musa, ialah:
” Serta( ingatlah) kala Musa mengatakan kepada muridnya:” Saya tidak hendak menyudahi( berjalan) saat sebelum hingga ke pertemuan 2 buah lautan; ataupun saya hendak berjalan- jalan hingga bertahun- tahun.”( QS. al- Kahfi: 60)
Kalimat yang samar menampilkan kalau Musa sudah berniat buat meneruskan ekspedisi sepanjang waktu yang lumayan lama kecuali bila dia sanggup menggapai majma al- Bahrain( pertemuan 2 buah lautan). Di situ ada sesuatu perjanjian berarti yang dinanti- nanti oleh Musa kala dia hingga di majma al- Bahrain. Kamu bisa merenungkan betapa tempat itu sangat misterius serta samar. Para musafir sudah merasakan keletihan dalam waktu yang lama buat mengenali hakikat tempat ini. Terdapat yang berkata kalau tempat itu merupakan laut Persia serta Romawi. Terdapat yang berkata lagi kalau itu merupakan laut Jordania ataupun Kulzum. Terdapat yang berkata pula kalau itu terletak di Thanjah. Terdapat yang berkomentar, itu terletak di Afrika. Terdapat lagi yang berkata kalau itu merupakan laut Andalus. Namun mereka tidak bisa menampilkan fakta yang kokoh dari tempat- tempat itu.
Seandainya tempat itu wajib disebutkan tentu Allah SWT hendak menyebutkannya. Tetapi Al- Quran al- Karim terencana menyembunyikan tempat itu, sebagaimana Al- Quran tidak mengatakan kapan itu terjalin. Begitu pula, Al- Quran tidak mengatakan nama- nama orang- orang yang ada dalam cerita itu sebab terdapatnya hikmah yang besar yang kita tidak mengetahuinya. Cerita tersebut berhubungan dengan sesuatu ilmu yang tidak kita miliki, sebab umumnya ilmu yang kita kuasai berkaitan dengan sebab- sebab tertentu. Serta tidak pula dia berkaitan dengan ilmu para nabi sebab umumnya ilmu para nabi bersumber pada wahyu. Kita saat ini berhadapan dengan sesuatu ilmu dari sesuatu hakikat yang samar; ilmu yang berkaitan dengan takdir yang sangat besar; ilmu yang dipadati dengan rangkaian tabir yang tebal.
Di samping itu, tempat pertemuan serta waktunya antara hamba yang mulia ini serta Musa pula tidak kita tahu. Demikianlah cerita itu terjalin tanpa memberitahumu kapan terjalin serta di tempat mana. Al- Quran terencana menyembunyikan perihal itu, apalagi Al- Quran terencana menyembunyikan pahlawan dari cerita ini. Allah SWT mengisyaratkan perihal tersebut dalam firman- Nya:
” Seseorang hamba di antara hamba- hamba Kami, yang sudah Kami bagikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, serta yang sudah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.”( QS. al- Kahfi: 65)
Al- Quran al- Karim tidak mengatakan siapa nama hamba yang diartikan, ialah seseorang hamba yang dicari oleh Musa supaya dia bisa belajar darinya. Nabi Musa merupakan seorang yang diajak bebicara langsung oleh Allah SWT serta dia salah seseorang ulul azmi dari para rasul. Dia merupakan owner mukjizat tongkat serta tangan yang bercahaya serta seseorang Nabi yang Taurat diturunkan kepadanya tanpa lewat perantara. Tetapi dalam cerita ini, dia jadi seseorang pencari ilmu yang simpel yang wajib belajar kepada gurunya serta menahan penderitaan di tengah- tengah belajarnya itu. Kemudian, siapakah gurunya ataupun pengajarnya? Pengajarnya merupakan seseorang hamba yang tidak disebutkan namanya dalam Al- Quran walaupun dalam hadis yang suci disebutkan kalau dia merupakan Khidir as.
Musa berjalan bersama hamba yang menerima ilmunya dari Allah SWT tanpa sebab- sebab penerimaan ilmu yang biasa kita tahu. Mula- mula Khidir menolak ditemani oleh Musa. Khidir memberitahu Musa kalau dia tidak hendak sanggup bersabar bersamanya. Kesimpulannya, Khidir ingin ditemani oleh Musa tetapi dengan ketentuan, hendaklah dia tidak bertanya tentang apa yang dicoba Khidir sehingga Khidir menggambarkan kepadanya. Khidir ialah simbol ketenangan serta diam; dia tidak berdialog serta gerak- geriknya memunculkan kegelisahan serta kebimbangan dalam diri Musa. Sebagian aksi yang dicoba oleh Khidir jelas- jelas dikira selaku kejahatan di mata Musa; sebagian aksi Khidir yang lain dikira Musa selaku perihal yang tidak mempunyai makna apa juga; serta aksi yang lain malah membuat Musa bimbang serta buatnya menentang. Walaupun Musa mempunyai ilmu yang besar serta peran yang luar biasa tetapi dia mengalami dirinya dalam kondisi kebimbangan memandang sikap hamba yang memperoleh karunia ilmunya dari sisi Allah SWT.
Ilmu Musa yang berlandaskan syariat jadi bimbang kala mengalami ilmu hamba ini yang berlandaskan hakikat. Syariat ialah bagian dari hakikat. Terkadang hakikat jadi perihal yang sangat samar sehingga para nabi juga susah memahaminya. Awan tebal yang menyelimuti cerita ini dalam Al- Quran sudah merendahkan hujan rimbun yang darinya mazhab- mazhab sufi di dalam Islam jadi fresh serta berkembang. Apalagi ada kepercayaan yang melaporkan terdapatnya hamba- hamba Allah SWT yang bukan tercantum nabi serta syuhada tetapi para nabi serta para syuhada” cemburu” dengan ilmu mereka. Kepercayaan demikian ini mencuat sebab pengaruh cerita ini.
Redaksi Mitrapost.com