Mitrapost.com – Gerhana bulan diprediksi akan terjadi pada pertengahan bulan Mei ini. Gerhana bulan yang akan terjadi merupakan gerhana bulan total. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh situs Edukasi Sains Antariksa.
Situs Edukasi Sains Antariksa juga mengungkapkan bahwa gerhana bulan diprediksi akan terjadi pada tanggal 15-16 Mei 2022 dan merupakan gerhana bulan total. Gerhana bulan total merupakan fenomena astronomis saat posisi bulan, bumi, dan matahari berada dalam satu garis lurus. Seluruh permukaan bulan masuk ke dalam bayangan inti atau umbra bumi.
Pihak LAPAN dalam situs Edukasi Sains Antariksa telah memberitahukan bahwa peristiwa gerhana bulan tahun 2022 terjadi pada tanggal 15-16 Mei 2022.
Puncak terjadinya gerhana ini akan terjadi pada tanggal 16 Mei 2022 pada pukul 04.11.33 UT atau di Indonesia sama dengan 11.11.33 WIB.
Sedangkan bagi beberapa wilayah di benua Amerika, puncak gerhana ini diprediksi akan terjadi pada 15 Mei 2022.
Wilayah Indonesia sendiri tidak dapat melihat gerhana ini secara langsung karena bulan telah berada di bawah ufuk. Gerhana bulan tahun 2022 bertepatan dengan peringatan Hari Raya Waisak 2566. Terjadi pada pukul 11.14.10 WIB atau 12.14.10 WITA atau 13.14.10 WIT.
Wilayah yang dapat melihat gerhana bulan tahun 2022 ini diantaranya adalah Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Afrika, Timur Tengah (kecuali Iran bagian Timur), Selandia Baru, dan sebagian besar Oseania.
Peristiwa terjadinya gerhana bulan diawali dengan posisi bulan yang berada di sisi dan berlawan dengan sisi bumi yang mengalami siang hari.
Sinar matahari akan menempuh lintasan yang lebih panjang dibandingkan dari sisi bumi yang mengalami siang hari. Sinar matahari akan sampai ke bulan dan dibiaskan ke panjang gelombang yang lebih panjang dalam spektrum cahaya tampak yaitu spektrum merah.
Warna dari gerhana bulan total cenderung berwarna kemerahan yang disebabkan oleh pembiasan Rayleigh. Yaitu pembiasan sinar matahari secara selektif oleh atmosfer bumi. Gerhana bulan total dapat berwarna jingga kemerahan apabila terdapat debu dan kualitas udara yang buruk di lokasi pengamatan.
Namun, warna gerhana bulan total juga bisa berwarna merah kusam hingga kecoklatan apabila kualitas udara di lokasi pengamatan bersih dari debu. (*)
Redaksi Mitrapost.com