Yogyakarta, Mitrapost.com – Jogja Cross Culture menjadi salah satu bentuk nyata untuk menguatkan predikat kota budaya yang kini disandang kota Yogyakarta.
Hal ini karena kota Yogyakarta dikenal sebagai wilayah yang lahir dan tumbuh dengan identitas budaya yang kental.
Jogja Cross Culture atau JCC merupakan kegiatan kolaborasi dan kerjasama antara Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan budayawan dan seniman di wilayah dalam dan luar Kota Yogyakarta serta negara lain untuk memperkenalkan produk lintas budaya yang berkembang di Yogyakarta dari masa ke masa.
Pada mulanya, JCC direncanakan menjadi langkah awal keberlanjutan beragam program kebudayaan di Kota Yogyakarta. Kegiatan JCC pertama kali digelar pada 3 dan 4 Agustus 2019 yang merupakan pilot project. Hingga pada akhirnya dijadikan sebagai agenda rutin tahunan dengan menggunakan dana keistimewaan (danais).
Namun pada tahun 2020 dan 2021, kegiatan Jogja Cross Culture ini digelar secara daring, yaitu dengan memanfaatkan live streaming, lantaran masih merebaknya virus Covid-19.
Kemudian, untuk gelaran di tahun 2022 ini, akan berlangsung secara hybrid. Sehingga masyarakat dapat menyaksikan langsung di Teras Malioboro II dan live streaming di channel youtube Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta pada 14 dan 15 Mei 2022.
Tema yang diangkat JCC kali ini adalah “Sulih Luwih Pulih” yang dimaknai sebagai harapan melalui JCC ini kegiatan seni dan budaya bisa kembali pulih. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti pada kegiatan Workshop Jogja Cross Culture 2022 di Grand Inna Hotel (10/5).
“Ini adalah momentum yang sangat bangus untuk semakin menguatkan predikat Yogyakarta sebagai kota budaya. Selain itu, sesuai dengan tema yang diambil, semoga kegiatan ini juga jadi titik balik kegiatan seni dan budaya yang makin bervariasi,” jelas Yetti.
Workshop Jogja Cross Culture 2022 juga dihadiri oleh Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi. Dalam sambutannya Heroe menyampaikan bahwa JCC 2022 merupakan salah satu bentuk optimisme Kota Yogyakarta untuk menjadi pusat pengembangan seni dan budaya, bukan hanya budaya Jawa atau budaya Indonesia saja tapi juga lintas budaya antar negara di dunia.
“Ke depannya JCC ini sangat mungkin akan dijadikan sebagai indikator dan referensi para seniman dan budayawan di dunia berkaitan dengan perkembangan seni dan budaya. Dengan adanya JCC ini juga bukan hanya seniman dan budayawan saja yang terlibat, tapi juga masyarakat secara umum yang pada akhirnya terpapar serta teredukasi terkait pertumbuhan seni dan budaya yang terjadi,” tutur Heroe.
Sementara itu, Program Director Jogja Cross Culture 2022 RM Altiyanto Henryawan menyampaikan bahwa perhelatan JCC 2022 memiliki konsep yang mengutamakan kolaborasi dan keberagaman. Mulai dari pertunjukan dramatari musikal dari 14 kemantren, pernambilan live dan streaming street art, visualisasi lagu-lagu yang bertemakan Yogyakarta, flashmob para PKL malioboro dan Drummer Guyub Yogyakarta (DGYK) serta Sarkem Percussion.
“Banyak pihak yang terlibat untuk menggayengkan JCC kali ini, termasuk sanggar-sanggar seni, partisipan dari luar negeri itu ada dari Ekuador, akademisi, seniman dan budayawan, kemantren, komunitas, dan pastinya Pemerintah Kota Yogyakarta. Kami optimis kalau kolaborasi yang beragam ini bisa menghasilkan karya yang positif,” tutup Altiyanto. (*)
Redaksi Mitrapost.com






