Batang, Mitrapost.com – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Batang akan melakukan rehab total terhadap Jembatan Peturen.
Jembatan ini menjadi akses penghubung sejumlah desa yang ada di kecamtan Warungasem. Seiring berjalannya waktu, abutment pada jembatan dirasa tidak layak sebagai penyangga. Sehingga, rehab total dilakukan untuk memastikan keamanan akses penghubung warga tersebut.
Kemudian, untuk proses rehab total jembatan tersebut, akan dilakukan mulai tanggal 30 Mei 2022 hingga 17 November 2022.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang Prasarana Jalan dan Jembatan, DPUPR Batang Endro Suryono, pihaknya telah melakukan sosialisasi ke sejumlah desa sejak beberapa waktu lalu.
Pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan, Satlantas Polres Batang, Camat Warungasem, kepala desa sekitar serta instansi terkait lainnya.
“Lebar jembatan yang hanya 3 meter, dirasa tidak sesuai jika melihat jumlah kendaraan yang melintas sudah sangat banyak. Nanti akan kita perlebar sampai 7 meter, agar sebagai jalan kabupaten sesuai dengan standar apabila terjadi persimpangan dengan kendaraan lain,” katanya, saat ditemui, di Kantor DPUPR Kabupaten Batang, Senin (30/5/2022).
Endro juga mengharapkan, dengan adanya rehabilitasi, jembatan ini laik fungsi untuk hilir mudik masyarakat setempat hingga akses menuju jalur Tol Batang-Semarang.
“Jembatan itu menjadi penghubung dengan Desa Menguneng, Candiareng, Sijono, Kalibeluk dan lainnya,” jelasnya.
Dengan begitu, penutupan jalan harus dilakukan. Akan tetapi, pihaknya telah menyiapkan jalur alternatif.
“Dari jalan Desa Menguneng sebelah selatan PDAM masuk ke timur menuju jalan kabupaten yakni Pasekaran-Menguneng, melewati SD Menguneng 1- TPQ Lebo-SD Lebo 1. Lalu masuk ke Desa Candiareng pertigaan tugu ke arah barat menuju Exit Tol,” terangnya.
Sebagai informasi, akses jalan tersebut dikhususkan untuk dilakukan kendaraan pribadi. Sedangkan bagi kendaraan besar dan minibus tidak direkomendasikan untuk melewati jalur tersebut.
“Sementara ini kendaraan-kendaraan besar harus lewat jalur Pantura. Kalau jembatan sudah jadi, apapun kendaraannya boleh melewatinya karena sudah sesuai dengan standar nasional dan diperkirakan nantinya bisa bertahan sampai 25 tahun,” tegasnya.
Ia juga memastikan, dengan rehabilitasi jembatan ini, akan lebih memudahkan perekonomian masyarakat sekitar, hingga memudahkan jalur pendidikan.
Salah satu warga Peturen, Nurdin yang setiap hari berjualan sembako di sekitar jembatan Peturen atau yang lebih dikenal dengan Jembatan Putih, mengaku selama ini jembatan tersebut menjadi akses utama warga, bahkan truk yang memiliki tiga sumbu roda.
“Saya sih senang sekali kalau jembatannya diperbaiki. Tapi kalau boleh usul mewakili warga sini, ya tolong dibuatkan jembatan penghubung darurat, karena untuk akses pendidikan sangat penting,” ujar dia. (*)
Redaksi Mitrapost.com






