Rembang, Mitrapost.com – Pengaruh musim kemarau basah membawa dampak signifikan bagi petani garam di Kabupaten Rembang.
Menurut pantauan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Rembang M. Sofyan Cholid, petani garam di Kabupaten Rembang sudah mulai memproduksi garam bulan Agustus ini.
Ia menjelaskan produksi garam di Kabupaten Rembang ini sudah dimulai namun belum optimal. Hal ini dikarenakan cuaca kemarau basah yang melanda semua wilayah di Indonesia.
“Petani garam sudah memulai produksi tapi kurang efektif karena cuaca kemarau basah, sewaktu-waktu ada hujan. Sehingga sebagian petambak tidak melakukan produksi garam dulu,” ungkap Cholid saat ditemui Mitrapost.com Senin (22/8/2022) .
Dia menyampaikan, berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah Kabupaten Rembang, kemarau kering terjadi pada bulan Agustus hingga September 2022.
Meski demikian, kemarau kering yang diprediksikan selama dua bulan ini sebagian kecil dimanfaatkan petani garam di sentra produksi garam. Sentra produksi garam berada di Kecamatan Kaliori.
“Cuaca tahun ini kurang baik untuk produksi garam. Menurut laporan BMKG, kemarau kering hanya berlaku bulan Agustus sampai September. Bulan selanjutnya sudah mulai hujan lagi, mungkin produksi di titik Kaliori yang menjadi sentra garam,” terang Cholid.
Lebih lanjut, pengusaha pengolah garam juga mengalami kesulitan tidak dapat mengolah garam disebabkan petani garam belum ada hasil produksi. Sehingga pengolah garam terpaksa menggunakan hasil produksi garam pada tahun lalu.
“Produksi garam belum optimal sehingga pengolah garam agak kesulitan. Mereka menggunakan simpanan garam tahun lalu tapi yang baru belum ada,” imbuhnya. (*)