“Semoga harga telur sudah kembali normal, sesuai harapan Menteri Perdagangan,” harapnya.
Ditemui secara terpisah, Kepala Disperindagkop dan UKM Batang Subiyanto menerangkan, kenaikan harga telur di pasaran dipengaruhi oleh banyak faktor. Termasuk salah satunya, produktivitas telur ayam yang sedikit berkurang.
“Mulai dari harga pakan ternak yang mahal, kondisi cuaca yang cukup dingin sehingga produktivitas ayam untuk bertelur sedikit berkurang,” ungkapnya.
Penyebab lain karena ada kegiatan pembagian BPNT dalam PKH selama tiga bulan oleh Dinas Sosial.
“Ada pembelian telur ke peternak, sehingga pasokan di pasar berkurang,” tegasnya.
Ia memastikan, stok telur masih tercukupi karena produksi telur masih lancar meskipun cuaca cukup dingin.
Maka untuk menstabilkan suhu, peternak cenderung mengupayakan dengan memanfaatkan alat penghangat, agar produksi kembali normal.
“Dampaknya tentu menambah biaya produksi,” tegasnya.
Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop dan UKM, Endang Rahmawati memastikan, stok telur di seluruh pasar mencapai 21 ton dengan harga Rp30.000,00 per kilogram. (*)