Pati, Mitrapost.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati mengklaim dampak kekeringan di Pati saat musim kemarau tahun ini berkurang hingga 90 persen.
Hal ini dibuktikan dengan turunnya permintaan pasokan air bersih ke BPBD Pati selama musim kemarau.
Kepala Bidang dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Pati, Sukarno saat ditemui Mitrapost.com di kantornya mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir potensi kekeringan terus turun.
Diungkapkannya pada tahun 2020 masih ada 25 persen wilayah di Pati yang dilanda kekeringan saat musim kemarau, sementara tahun ini hanya hampir seluruh desa di Pati memiliki pasokan air bersih.
“Ini tahun 2022 nyaris tidak ada (pengajuan air bersih) masuk, hanya 1 desa di Pucakwangi. di Pati biasanya kalau kemarau yang mengajukan itu di tingkat kecamatan banyak. Kalau ini hanya ada 1 desa. Tahun ini turunnya drastis sekitar 90 persen,” ujar Sukarno kemarin.
Minimnya permintaan air bersih di Pati disebabkan kemarau tahun ini cenderung basah, masih ada curah hujan, bahkan saat puncak kemarau di Bulan Agustus.
Musim kemarau di Pati tahun ini juga agak terlambat, jika biasanya terjadi di bulan Juni, tahun ini musim kemarau mundur hingga bulan Juli.
Lambatnya musim kemarau menurut Sukarno disebabkan akibat fenomena la nina yang lebih panjang.
La nina merupakan fenomena alam yang memicu udara yang di wilayah yang dilaluinya terasa lebih dingin dan menyebabkan curah hujan.
“Ini Karena perubahan cuaca la nina dan el nino, berdampak pemanasan global, kehangatan laut dan kebasahan udara,” imbuhnya.
Sementara akhir musim kemarau tahun ini diprediksi akan berakhir hingga bulan Oktober di minggu ke-3. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati