Rembang, Mitrapost.com – Penerapan metode plastik HDPE atau geomembran bagi petambak garam di Rembang masih rendah.
Geomembran merupakan metode alternatif untuk meningkatkan kualitas produksi garam lokal dengan menggunakan plastik HDPE atau lebih dikenal dengan geomembran sebagai media meja atau alas pembuatan garam.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Rembang, M. Sofyan Cholid mengungkapkan petambak garam di Rembang sebagian besar masih menerapkan cara lama untuk memproduksi garam.
Dari data menunjukkan, petambak garam yang menggunakan metode geomembran hanya mencakup sekitar 525 hektar dari lahan produksi garam.
Lebih lanjut, wilayah Rembang sebagai diperuntukkan kawasan produksi garam seluas 1.500 hektar namun yang memakai metode ini hanya 35 persen dari lahan tersebut.
“Geoisolator atau geomembran dipasang petak-petak meja kristal atau garam karena petambak pengguna geomembran kisaran 35% dari potensi 1.500 hektar,” kata Cholid saat dihubungi Mitrapost.com, Jumat (9/12/2022).
Sementara dalam penerapan penggunaan metode geomembran pada produksi garam bermanfaat untuk mempercepat proses penguapan perubahan molekul di dalam keadaan cair dengan cepat (evaporasi) garam.
Selain itu, metode terbaru ini juga dapat membuat kemurnian kristal garam lebih putih daripada tidak menggunakan metode tersebut. Sehingga akan berpengaruh pada kualitas dan harga garam.
“Pemakaian metode geomembran ini akan mempercepat evaporasi dan kristal garamnya lebih putih kemurniannya,” ungkapnya.
Dengan demikian, pihaknya meminta kepada petambak garam supaya dapat swadaya secara mandiri dalam pembelian geomembran atau plastik HDPE.
“Petambak garam diupayakan untuk swadaya secara mandiri dengan tidak mengandalkan bantuan pemerintah,” pungkasnya. (*)