Menguak Garis Keturunan Pangeran Diponegoro di Kecamatan Jakenan

Pati, Mitrapost.com– Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pahlawan nasional yang tersohor di nIndonesia. Namun tahukah jika Pahlawan yang memimpin perang Jawa ini mempunyai keturunan di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati.

Mitrapost.com mendatangi Dukuh Karangjati, Desa Jatisari, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati untuk menelisik jejak peninggalan dan garis keturunan keluarga Pangeran diponegoro.

Dari penuturan Muhammad Ajib, warga Karangjati, keturunan Pangeran Diponegoro yang menetap di Pati salah satunya adalah Nyai Raden Ayu (RA) Herjuminten. Putri dari pernikahan Pangeran Diponegoro dengan RA Retnokumolo.

Pada saat perang jawa atau perang Diponegoro pecah sekitar tahun 1825-1830, anak Diponegoro diungsikan ke berbagai daerah untuk menghindari serangan dari penjajah Belanda.

Salah satunya Raden Ayu Herjuminten diungsikan di Dukuh Singget, Jatisari kepada teman seperjuangan melawan penjajah, Syaikh Syarifuddin.

“Pangeran Diponegoro mempunyai putri kembar salah satunya Nyai raden Ayu Herjuminten. Nyai Herjuminten diungsikan di Jatisari Kabupaten Pati ke Syaikh Syarifuddin yang saat itu tokoh Laskar Pati masih keturunan Syekh Jangkung (Saridin),” ujar Ajib saat diwawancara di pesarean RA Herjuminten kemarin.

“Sedangkan Nyai yang satunya diungsikan ke Purwokerto. Yang disana saya sejarahnya kurang paham,” imbuhnya.

Raden Ayu Herjuminten kemudian dinikahkan dengan putra Syekh Syarifuddin yang bernama Mbah Sayyidun dan lahirlah lima orang anak.

Adapun anak dari keduanya ialah RA Aminah, RA Aisyah, RM Hasan Malik, RA Maisaroh, RM Umar Kusumo.

Singkat cerita keberadaan RA Herjuminten diketahui oleh pihak penjajah Belanda. Belanda kemudian menyewa dukun sakti untuk mengguna-guna dukuh Singget.

“Sama VOC terus di, orang sini menyebutnya di tumbal sama dukun. Tulang rusa dikubur dan membawa bala bagi warga Singget. Ekonomi jadi sulit, tanahnya panas, susah cari pangan,” terang Ajib.

Seluruh penduduk Singget akhirnya membuat pemukiman baru yang jaraknya sekitar satu kilo dari lokasi, yang dinamakan Dukuh Karangjati.

Uniknya hingga kini dukuh Singget masih belum lagi dihuni manusia. Hanya pohon jati dan rerumputan.

Di Karangjati keluarga RA Herjuminten dan warga Singget mengisolasi diri agar tidak tertangkap belanda.

Dari kelima anak RA Herjuminten, hanya RA Aminah, RA Aisyah, dan RM Hasan Malik saja yang terus melahirkan keturunan, sementara dua lainnya tidak menikah dan menjadi pertapa.

Ajib sendiri mengaku adalah keturunan ke 7 dari RA Aisyah yang artinya ia adalah keturunan ke 9 dari Pangeran Diponegoro.

Meski demikian ia menegaskan tidak ada struktur sosial yang spesial menjadi keturunan Pangeran Diponegoro di Karangjati. Pasalnya sebagian besar warga karangjati adalah keturunan dari tiga cucu Pangeran Diponegoro.

“Disini biasa saja, nggak ada yang spesial cuma tahu saja keturunannya siapa,” ujar Ajib.

Sejak tahun 2020, makam Syekh Syarifudin, Mbah Sayyidun, dan RA Herjuminten mulai dirawat lebih profesional.

Selain makam yang diberi space khusus, pendopo juga didirikan di area makam.

Yang juga menarik, Bagi pengunjung atau peziarah dilarang memakai baju hijau atau biru saat mendatangi makam 30 menit sebelum adzan Magrib. Alasan detailnya tidak dijelaskan Ajib, yang jelas ketentuan tersebut adalah pedoman dari sesepuh dan kyai.

Setiap malam Jumat warga setempat mengadakan agenda tahlilan dan kenduri rutin. Sementara khol diselenggarakan setiap tanggal 11 Suro.(*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati