Pati, Mitrapost.com – Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) per bulan November 2022, terdapat 697 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Pati. Dari jumlah tersebut 6 di antaranya meninggal dunia.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinkes Kabupaten Pati, Aviani Tritanti Venusia. Ia mengungkapkan, di tahun 2022 ini kasus DBD cukup tinggi. Di antara penyebabnya adalah air hujan yang tidak bisa mengalir. Akibatnya air hujan tertampung yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.
“Berdasarkan data sampai November 697 kasus (DBD). Yang meninggal 6 orang, 2 laki-laki 4 perempuan. Tersebar di semua kecamatan. Adapun yang paling tinggi yaitu di puskesmas Juwana ada 90 kasus,” ujarnya.
Menurutnya, kasus DBD yang paling banyak terjadi di Kecamatan Kayen, yakni sebanyak 68 kasus. Kedua, di Puskesmas Margoyoso II dan Dukuhseti ada 60 kasus. Kemudian Puskesmas Tayu I terdapat 52 kasus.
“Nyamuk Aedes ini berkembang biak di air yang tergenang dan tertampung yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Meskipun air bersih, tetapi itu tetap menjadi perkembangbiakan nyamuk karena menggenang,” imbuhnya.
Menurutnya, kasus ini banyak menular ke anak-anak. Sebab, bagi usia anak ini cenderung tidak banyak melakukan aktivitas. Di samping itu faktornya adalah tidur di pagi hari yang membuat imun tubuh melemah.
Dinkes Kabupaten Pati telah melakukan langkah-langkah dengan memberikan edukasi serta sosialisasi kepada masyarakat. Berbeda halnya dengan foging. Untuk sekarang ini sudah mulai dikurangi.
“Sekarang agak kita kurangi, bukannya kita tidak memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun itu kurang efektif. Kita programnya melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Lalu ada juga SikatWae (Siaga Masyarakat Waspada Aedes Aegypti) yang sudah ada Perbupnya,” paparnya.
Sebagai informasi, berdasarkan grafik kasus DBD di Kabupaten Pati terbanyak terjadi pada bulan Agustus sebanyak 115 kasus. Di susul bulan Januari dan Mei masing-masing 85 kasus. Kemudian di bulan Juli 72 dan Oktober 70 kasus. (*)

Wartawan Mitrapost.com