Pati, Mitrapost.com – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati mencatat penyakit diabetes melitus mengalami kenaikan sejak tahun 2018 hingga 2022.
“Diabetes melitus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Pati. Tren jumlah kasus diabetes di Kota Mina Tani meningkat setiap tahun,” ucap Kepala DKK Pati, Aviani Tritanti Venusia.
Dengan adanya tren kenaikan setiap tahunnya ini menjadikan prioritas program pengendalian di DKK Pati. Menurutnya, ada dua strategi pengendalian penyakit tersebut.
Yang pertama, yakni deteksi dini melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Aviani berharap dari kegiatan Posbindu PTM penyakit diabetes melitus dapat lebih dini dicegah.
“Posbindu PTM ini bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM). Dimana pada kegiatan tersebut dilakukan pemeriksaan gula darah oleh kader kesehatan terlatih. Kami berharap dari kegiatan Posbindu PTM penyakit diabetes melitus dapat lebih dini dicegah. Kemudian ditemukan untuk segera dilakukan tatalaksana kasus atau pengobatan,” jelasnya.
Lalu yang kedua, deteksi dini dan tata laksana kasus diabetes melitus melalui kegiatan Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Pandu PTM).
“Pada layanan itu dilaksanakan dengan implementasi algoritma pandu PTM. Dimana salah satu alurnya dilakukan deteksi dini kasus DM sampai dengan tatal aksana kasus atau pengobatan jika ditemukan penderita penyakitnya,” imbuhnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data yang dihimpun dari DKK Pati pada 2021-2022 ada kenaikan yang cukup signifikan dari penyakit diabetes melitus. Yakni ada kenaikan 5.000-an kasus.
“Tren kenaikan Kasus DM dapat dilihat dari kenaikan jumlah penderitanya yang ditemukan dan dilayani pada tahun 2021 ada 19.900 kasus. Kemudian naik menjadi 25.584 Kasus pada tahun 2022. Jumlah Dm pada usia produktif (15-59 tahun) juga mengalami kenaikan,” paparnya.
Lebih lanjut, Aviani menjelaskan ada faktor risiko penyakit DM ini. Yakni usia 40 tahun ke atas, mempunyai riwayat keluarga menderita DM, kehamilan dengan gula darah tinggi, ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan (BB) lahir 4 kg, dan bayi dengan BB kurang dari 2,5 kg. Faktor risiko itu diperparah dengan kurangnya aktifitas, diet tak seimbang, obesitas, riwayat penyakit jantung, dan hipertensi. (Emka)

Wartawan Mitrapost.com