Mitrapost.com – Primbon merupakan kitab berisikan ramalan Jawa, baik berupa perhitungan hari baik, hari nahas dan sebagainya, serta pengetahuan tentang kejawen dan ilmu gaib, seperti mantra, rajah, doa, hingga tafsir mimpi. Kitab tersebut biasanya dijadikan pedoman bagi orang terdahulu yang mempercayainya.
Dilansir dari Detik, kejawen berkaitan dengan spiritualitas, yakni prinsip hidup seseorang untuk menemukan makna serta tujuan dalam hidup dengan keterikatan dengan suatu misteri, ketuhanan dan sesuatu dan universal. Kejawen biasanya diajarkan secara turun-temurun melalui lisan, maupun buku yang di dalamnya terdapat tradisi ritual dan sejumlah perhitungan. Kumpulan catatan tersebut bisa disebut primbon.
Primbon berasal dari kata imbu yang artinya merawat buah agar matang. Kemudian, mendapatkan imbuhan pari- dan akhiran -an. Buku ini bisa diperbarui seiring perkembangan jaman. Menurut Arps pada 1999, primbon juga bisa berarti imbuh (tambah), yang artinya dapat diperbarui saat ada ilmu baru.
Masyarakat Jawa menganggap primbon sebagai kitab yang menghimpun berbagai pengetahuan seputar kejawen, rumus ilmu gaib, dan cara perhitungan untuk menentukan hari baik maupun hari naas. Perhitungan tersebut dipercayai saat akan melakukan berbagai acara penting seperti pernikahan, selamatan dan hajatan lainnya. Semua itu ditulis berdasarkan ilmu titen, atau ingatan yang diwariskan secara turun-temurun.
Pewarisan tersebut dilakukan secara privat dan hanya diberikan kepada keturunannya melalui jalur berguru lewat sesepuh atau dukun yang ahli. Oleh sebab itu, ilmu yang tertulis di dalamnya tergantung dari kepercayaan nenek moyang dan bisa berbeda-beda. (*)
Redaksi Mitrapost.com