Impact & Ampas Pendidikan Tinggi

Mitrapost.com – Diskusi mengenai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) menjadi menarik dan tidak pernah selesai, bahkan indikasi kemerdekaan swasta pelan tapi pasti dirampas dan tergilas.

Miniatur pendidikan di Indonesia di  ranah  perguruan  tinggi  negeri  menjadi  pilihan  bagi  banyak  orang,  dilihat  karena perguruan tinggi negeri lebih bergengsi daripada perguruan tinggi swasta. Perguruan tinggi negeri juga dikenal dalam  kualitas  mutu pendidikan yang bagus  daripada  perguruan tinggi  swasta,  walaupun  begitu  tidak  semua perguruan tinggi swasta lebih rendah kedudukannya dari perguruan tinggi negeri, banyak juga perguruan tinggi swasta  yang  kualitas  mutu  pendidikannya sudah bagus  dan sepadan  dengan  perguruan  tinggi  negeri.  Namun begitu  perguruan  tinggi  negeri  bukan  tidak  punya  masalah  mengenai pendidikannya,  lahirnya  kebijakan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) nampaknya mengisyaratkan  permasalahan yang baru bagi para calon dan mahasiswanya serta calon masyarakat pendidikan. Terbitnya PTN BH  tersebut membuat isu baru muncul ke permukaan mengenai komersialisasi  pendidikan  di  ranah  perguruan  tinggi  negeri,  masalah  tersebut  berdampak  kepada mahasiswa yang  kurang  beruntung  karena  biaya-biaya  pendidikan  yang  mahal. Karena  adanya  isu  permasalahan  tersebut, termasukan semakin besarnya tambahan kuota jumlah prodi dan mahasiswa yang dikelola PTN BH

Komersialisasi  pendidikan  berorientasikan  uang,  dalam  hal  ini  diartikan  bahwa  akses  terhadap pendidikan tidak lagi menjadi publik, namun akses pendidikan mengarah ke ranah privat. Hal itu dikarenakan mahalnya biaya-biaya pendidikan yang mengakibatkan beberapa kelompok saja yang bisa  mengaksesnya.  Dengan  adanya  kegiatan  tersebut  maka  jelas  komersialisasi  pendidikan memberikan diskriminasi dalam ranah pendidikan nasional menjadi nyata dan terang benderang.

Menurut Pasal 27 Ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, terdapat tiga pola pengelolaan PTN, yaitu: 1) PTN  dengan pola pengelolaan keuangan negara pada umumnya (dikenal dengan PTN Satker), 2) PTN dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum (BLU), 3) PTN sebagai Badan Hukum (BH). Penetapan PTN BLU dilakukan dengan penetapan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan atas asal usul Menteri, sedangkan PTN BH dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.

PTN Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki:

 

  1. Kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah;
  2. Tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri;
  3. Unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi;
  4. Hak mengelola dana secara mandiri, trasnparan, dan akuntabel;
  5. Wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan;
  6. Wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi;
  7. Wewenang untuk membuka, menyelenggarakan dan menutup program studi.

 

Kewenangan yang mutlak sesuai ayat (1) akan memicu berkembangnya lembaga pendidikan yang berorientasi pada bisnis, dan akan terciptanya kerajaan kecil di setiap lembaga pendidikan yang sudah berbadan hukum.

Pendidikan berusaha dijadikan sebagai instrumen yang dapat diperdagangkan. Hal ini tentu saja akan menyebabkan pendidikan diliberalisasi, sehingga pendidikan menjadi suatu komoditas yang dilepas saja ke dalam mekanisme pasar tanpa adanya tanggung jawab dari negara. Dalam bahasa Latin kata pendidikan berasal dari dua kata. Pertama, Educere yang berarti ‘melatih’ atau ‘membawa keluar dari’. Kedua, Educare yang berarti ‘melatih’ atau ‘memelihara’. Makna di atas menunjukkan bahwa pendidikan adalah proses mengubah manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam sudut pandang yang lebih emansipatoris, pendidikan tidak semata-mata hanya dilihat sebagai upaya mengubah manusia yang tak berpengetahuan menjadi berpengetahuan. Pendidikan juga dimaknai sebagai upaya membebaskan manusia dari penindasan. Cita dari negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam konstitusi juga merupakan visi bagi pencapaian kemerdekaan yang permanen dimana Indonesia yang sebelumnya tertindas menjadi Indonesia yang merdeka secara utuh tapi semakin tidak jelas.

PTN BH tentu akan mementingkan dan memfokuskan pada bagaimana cara memperoleh mahasiswa dan biaya untuk operasional PTN. Ketika pimpinan memfokuskan pada cara bagaimana mendapatkan mahasiswa dan dana, maka akan banyak perusahaan-perusahaan seperti franchise dan lain sebagainya untuk menanamkan modal pada PTN Berbadan Hukum. Seketika itulah maka kampus yang sejatinya sebagai tempat ditanamkannya roh pendidikan dengan memperhatikan lingkungan sekitar supaya tidak terjadi kesenjangan dan penindasan, berubah menjadi sebuah perusahaan yang memperlihatkan nilai kompetitif tanpa memperhatikan situasi dan kesenjangan yang terjadi di sekitarnya. Ketika perusahaan-perusaan seperti franchise makanan masuk ke PTN, maka kampus swasta akan punah seiring dengan tumbuh suburnya perusahaan-perusahaan di kampus.

PTN BH ialah wujud pemerintah melepaskan tanggung jawab dirinya di ranah Pendidikan. Hal tersebut  ditunjukkan  dengan  pembiaran harga  dan  biaya  kepada  mekanisme  pasar  serta  korporasi. Dengan  demikian,  perguruan  tinggi  akhirnya  menjadi  tempat  jual  beli dan  ladang  bisnis, dimana kampus bekerja  bebas untuk  membangun relasinya  dengan industri.  Perguruan tinggi  menjadi  tidak adanya  jarak  pemisah  dengan  ranah  industri,  baik  dalam  maupun  luar  negeri.  Hal  seperti  itu melontarkan  pada  tujuan  cita-citanya  yakni  sempurnanya  liberalisasi  pendidikan.  Relasi  antara perguruan tinggi dengan industri seperti  PBB,  BUMN,  atau  BUMD dan perusahaan industri lainnya menjadi mudahnya untuk melakukan perubahan aturan  kurikulum  sesuai  apa  yang mereka inginkan. PTN  BH  menjadi  petaka  baru  bagi  dunia  akademik,  karenanya  perguruan  tinggi  mempunyai kewenangan bebas dalam mengelola serta mengatur ranah akademik dan non akademik. Alhasil PTN BH  mesti  memburu  sumber sumur  pembiayaan  pendidikan  dan sarana-sarana  di  perguruan  tinggi  menjadi dikomersialisasikan.  Permasalahan tersebut  tak membuat  kecil  kemungkinan  perguruan tinggi akan meningkatkan  pembiayaan  pendidikan  bagi  mahasiswa-mahasiswanya  serta  calon  mahasiswanya dengan dalih tujuan mengembangkan kebutuhan akademik. Usaha komersialisasi pendidikan terlihat saat PTN BH memiliki kewenangan dalam mengkoordinir mandiri bidang akademiknya maupun non akademiknya,  akibat  dari  peristiwa   itu  membuat  usaha  pengurangan bahkan  penghapusan subsidi pemerintah dalam ranah pendidikan tanpa melirik sedikit pun kondisi perguruan tinggi swasta

Dapat disimpulkan bahwa PTN BH akan menjadi petaka pendidikan di Indonesia:

  1. PTN BH mengurangi akses warga negara terhadap pendidikan dengan memprivatisasi pendidikan untuk golongan tertentu.
  2. Persangingan tidak sehatantara PTS yang jumlah dominan dan PTN yang di BH-kan, diskriminasi atensi dari pemerintah
  3. Komersialisasi pendidikan di  Indonesia dalam ranah perguruan tinggi pun diperlihatkan jelas dengan adanya Perguruan Tinggi Badan  Hukum (PTN BH). PTN BH yang mempunyai kewenangan sendiri dalam mengkoordinir kampusnya ialah wujud lepas tangan pemerintah dari tanggung jawab di ranah  pendidikan.
  1. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 4 Ayat (1): jelas nyata tidak ada keberpihakan dan ketidakadilan dari pemerintah terhadap perguruan tinggi swasta, ini juga wujud ketidakkonsistennya pemerintah.

 

Mari kita renungkan dan solusikan bersama pendidikan tinggi yang ada di Indonesia termasuk kehadiran pemerintah untuk mencerdaskan warganya melalui pendidikan yang sehat dan bermartabat.

 

Pengamat Pendidikan, Akademisi dan Praktisi

Dr,.Drs Tri Leksono, Ph, S.Kom,.M.Pd,.Kons

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati