Mitrapost.com – Mahfud Md, Menkopolhukam mengungkapkan bahwa banyak kecurangan yang dilakukan aparat penegak hukum di Indonesia.
Mulai dari menjadi beking mafia, narkoba, hingga menerima suap dari koruptor di penjara.
“Yang rusak di tempat kita itu adalah legal structure-nya, aparat. Apa yang dilakukan aparat penegak hukum, nah saya sebelum ke apa yang dilakukan aparat penegak hukum kita itu sehingga menjadi jelek hukum kita itu,” kata Mahfud, dalam acara kuliah umum di YouTube Universitas Airlangga, pada Senin (16/10).
“Aparat penegak hukum itu, banyak diwarnai oleh kecurangan-kecurangan politik, menjadi backing mafia tanah, menjadi beking orang membunuh orang, mafia nikel, narkoba, menjual beli pasal-pasal hukum itu ada di aparat penegak hukum, bukan pada aturan hukumnya,” imbuh dia.
Mahfud juga menceritakan praktik penyuapan yang terjadi di sel tahanan. Penjara ada kamar mewah yang biasanya dibeli oleh koruptor.
“Coba kalau menurut hukum, ‘eh kamu kalau di penjara di penjara dong’, ‘ini standar penjaranya’ misalnya, tapi Saudara, orang penjara di penjara, kalau koruptor kelas kakap itu kamarnya mewah, dia punya kamar cadangan di sebelahnya untuk ngundang tamu entah laki-laki entah perempuan, itu bukan rahasia lah. Orang jangan bilang endak, endak itu bohong, gimana? Endak, itu betul,” tutur dia.
Ia mengatakan terdapat mantan anggota DPR yang bertemu dengan mantan anggota DPR lain yang terjerat kasus korupsi. Namun, alih-alih melakukan pertemuan di penjara, mereka bertemu di hotel untuk makan bersama.
Menurut Mahfud Md, pengawal si koruptor telah termakan uang suap.
“Inget teman saya kemarin baru cerita, seorang teman namanya Slamet Efendi Yusuf almarhum, anggota DPR bersama saya dulu. Ada teman dari DPR masuk penjara, suatu saat mas Effendi Yusuf nelepon, ‘Eh Mas aku kangen sama kamu lama ya di DPR lalu kita berpisah sejak kamu di penjara, aku mau nengok ya ke penjara, kamu tersinggung nggak?’. ‘Oh ndak, ndak, kapan?’ ‘Hari minggu tanggal sekian jam 7’ ‘Saya Siap bertemu Mas Slamet’. ‘Oke, ke mana?’ ‘Nanti setengah jam sebelumnya saya beri tahu di mana, di ruang mana kita harus bertemu’. Ya itu, setengah jam sebelum, ‘Mas saya sudah berangkat, ini mau ke mana, pertemuannya di mana?’ ‘Di Hotel Mulia’, ‘sarapan pagi di Hotel Mulia kita’.
“Orang di penjara ngajak sarapan pagi di Hotel Mulia? berarti nyuap itu kepada sipirnya, kepada aparat-aparat yang mengatur, yang mengawal di jalan, itu Saudara. Yang saya katakan terjadi,” kata Mahfud.
Walaupun begitu, Mahfud meminta masyarakat tidak langsung menyimpulkan, semua polisi atau aparat penegak hukuk itu jelek. Ia menilai banyak juga mereka yang mempunyai kinerja yang bagus.
“Meskipun selalu saya katakan tapi jangan Anda bilang ‘polisi itu jelek ya’ gitu, polisi itu jelek ya memang banyak yang jelek, tapi sebenarnya secara umum lebih banyak yang bagus,” kata Mahfud.
Mahfud mengatakan sangat penting peranan penting dalam mendisiplinkan anak buahnya.
“Karena begini, saya tidak bohong, kalau gini kalau seumpama urusan penataan keamanan selebar kertas ini, ini di jaga oleh polisi dengan bagus, nah tetapi kadang kala ada polisi di titik ini nakal (sambil menunjuk), di titik ini nakal, di titik ini (sambil menunjuk) membela narkoba, ini (nunjuk) membela tambang, ini membela nikel, illegal fishing, dan sebagainya, itu sedikit dibandingkan jumlah polisinya, dan jumlah keamanan yang dijaga,” ujarnya.
“Jadi secara umum bagus, tetapi oknum oknum di tempat-tempat tertentu itu masih ada yang nakal, nah di sinilah dibutuhkan kekuatan leadership. Bukan lagi aturan, ndak penting aturan itu bagi saya, tapi bagaimana kita mengendalikan ini, aparat di kejaksaan, di kepolisian, di birokrasi,” kata Mahfud.
Redaksi Mitrapost.com