TPA di Pati Mulai Overload, Akan Diarahkan Pada TPS 3R

Pati, Mitrapost.com – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kabupaten Pati sudah mulai overload (kelebihan muatan). Sehingga ke depannya akan diarahkan pada TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Pengarahan TPS 3R ke depannya dilakukan karena saat ini sudah tidak diperkenankan untuk membangun ataupun membuat TPA baru.

“Tapi kan sekarang gak boleh buat TPA baru, Jadi meskipun nanti mengalami overload ya nanti tidak hanya pada pembuangan sampah di pembuangan akhir saja ya. Nanti kita arahnya ke TPS 3R. Jadi sampah tidak hanya dibuang di tempat pembuangan akhir sana, tapi juga dikelola dengan teknologi yang kita perlukan. Semacam itu,” jelas Kabid Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati, Henri Setiawan.

Baca Juga :   TPA Darurat Cibabe Kembali Aktif, Ribuan Ton Sampah Diolah per Harinya

Diketahui sebelumnya, jika dilihat dari catatan DLH Kabupaten Pati pada tahun 2022, timbunan sampah TPA di Kabupaten Pati mencapai hingga 246.223,89 ton. Sedangkan di tahun 2023 ini setiap harinya ada 400 ton sampah yang masuk ke TPA.

Lebih lanjut, langkah alternatif yang dilakukan DLH Pati dalam pengarahan TPS 3R yakni dengan mengajukan lahan yang dirasa bisa mengelola sampah ke depannya. Akan tetapi, lokasi lahan yang dipilih mengalami kendala jarak.

Dengan begitu, harus ada pemikiran lebih lanjut dalam menangani kendala tersebut. Baik DLH Pati melakukan jemput bola kepada masyarakat untuk mengambil sampah ataupun sebaliknya.

“Jalan alternatif untuk mengelola sampah, langkah awal kita sudah mengajukan lahan. Ntah itu kerjasama dengan perhutani, yang lokasinya kita dapat di sekitaran Pucakwangi sama Tambakromo. Tapi itu pun nanti kemungkinan terkendala dengan jarak,” jelas dia.

Baca Juga :   Timbunan Sampah Meningkat, DLH Prediksi TPA di Pati Akan Overload

“Jadi nanti kita modelnya jemput bola ke masyarakat terkait sampah yang ada di TPS, itu kita ambil dan buang ke TPA atau masyarakat yang kirim ke sana. Padahal kita merencana tempat pembuangan atau tempat pemprosesan sampah itu kan tidak sampai satu, dua tahun. Kemungkinan bisa sampe 10 atau 20 tahun,” tambah Henri.

Kendati demikian, meskipun mengalami beberapa kendala dirinya berharap nantinya tetap bisa terlaksana.

“Sehingga harapan kami dengan jarak itu, 10-20 tahun ke depan masyarakat di Pucakwangi sudah tumbuh masyarakat baru. Jadi itu alasan kami mencari lahan di sana. Dan harapan kami juga semoga ibu bisa terlaksana,” harapnya. (*)