Harga Telur Turun, Pakan Ayam Justru Merangkak Naik

Pati, Mitrapost.com – Harga telur di pasar tradisional hingga peternak wilayah Kabupaten Pati mengalami penurunan. Namun, harga pakan ayam justru sangat merangkak naik.

Dengan hal ini, beberapa peternak ayam merasa mengeluh lantaran tidak mampu mencukupi biaya produksi.

Salah satunya yakni dirasakan oleh produsen telur ayam di Desa Tluwah, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Scelviana Cahyani (24). Ia mengaku bahwa dari dua bulan yang lalu, harga telur sempat mengalami kenaikan yang diikuti harga pakan.

Akan tetapi, selang beberapa hari harga telur terpantau sudah turun meskipun pakan ayam masih di harga yang sama. Imbasnya, biaya produksi menjadi tidak seimbang dengan harga jual telur.

“Benar, harga telur dulu sejak bulan Oktober seharga Rp29 ribu per kilogram. Biasanya kalau seperti itu, kalau harga telur naik harga pakan ayam juga ikut naik loh. Repot kan, harga pakan sudah terlanjur naik, ini harga telur mulai turun,” katanya.

Dirinya menambahkan, pakan ayam petelur di Kabupaten Pati terbilang sangat tinggi. Meliputi kosentrat di harga Rp485.000 per 50 kilogram. Kemudian untuk harga katul Rp5.700 dan harga jagung utuh yakni Rp7.000.

Dengan harga tersebut, ia lebih memilih membeli pakan yang masih kasar atau belum jadi, lantaran memilih harga produksi lebih sedikit. Sebab, ketika memilih pakan yang sudah jadi akan dikenakan biaya yang sangat mahal.

“Kita beli konsentrat bukan makanan jadi. Harus ditambah jagung, terus sebagian peternak ada vitamin tambahan juga. Terus katul kuta beli yang belum halus, yang jagung sama, kita belinya yang belum halus. Karena kan kalau jagung giling otomatis lebih mahal. Kita rugi banget,” imbuhnya.

Lebih lanjut, akibat dari ketidakseimbangan antara harga telur dan pakan ayam saat ini beberapa peternak di Kabupaten Pati mengalami kebangkrutan. Terlebih juga yang kerap mengalami yakni peternak ayam yang baru merintis.

Bahkan selain harga pakan ayam yang merangkak naik, permasalahan lain yang mengakibatkan peternak bangkrut yakni adanya penyakit yang muncul di musim penghujan seperti virus flu burung.

“Akhirnya kalau produksi turun, ayamnya ikut mati. Makanya peternak kecil memilih untuk tutup dari pada tidak menutupi operasionalnya. Itu diperparah bulan kemarin kan mulai hujan, nah itu bisanya banyak penyakit contoh virus flu burung juga. Kasian to peternak,” terang Scelviana.

Selain ternak ayam miliknya, peternak di Desa Tegalwero, Kecamatan Puncakwangi dan Desa Tanjungsekar, Kecamatan Jakenan juga merasakan hal serupa.

“Jelas ada dong, selain saya ada juga yang dua teman yang gulung tikar. Itu di Desa Tegalwero, sama di Tanjungsari Jakenan. Harga beras naik, otomatis harga katul, pakan juga naik,” pungkas dia. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati