BMKG Ungkap Krisis Air Ancam Dunia

Mitrapost.com Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti krisis air yang menjadi ancaman serius di seluruh negara di dunia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan perlu menciptakan ketersediaan dan kualitas air secara adil di dunia maupun regional.

“Mewujudkan keadilan, ketersedian dan kualitas terhadap air saat ini masih belum dipandang adil secara global ataupun regional. Inilah yang harus didorong untuk dibahas nanti. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan secara kolaboratif,” kata Dwikorita dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB) bertajuk ‘Kolaborasi Tangguh Atasi Tantangan Perubahan Iklim’, Senin (01/04/2024).

Selanjutnya, ia menjelaskan penyebab krisis utama air ialah meningkatnya emisi gas rumah kaca sehingga ada kenaikan suhu udara.

Maka dari itu, terjadi pemanasan global berlanjut dan berdampak pada perubahan iklim yang menyebabkan krisis air, pangan, hingga energi.

“Meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi juga jadi persoalan,” terangnya.

BMKG juga memperkirakan beberapa tahun mendatang bakal terjadi hotspot air atau daerah kekeringan di berbagai negara.

“Artinya akan banyak tempat yang mengalami kekeringan. [Hal ini bisa terjadi] baik di negara maju maupun berkembang. Baik Amerika, Afrika, dan negara lainnya sama saja (terdampak),” kata Dwikorita.

Lebih lanjut, Dwikorita menyebutkan beberapa daerah di dunia memiliki debit air sungai yang di atas normal atau surplus, hingga memicu banjir.

Fenomena tersebut menunjukkan perubahan iklim sedang melanda seluruh dunia dan diperkirakan semakin buruk, sehingga perlu mitigasi bersama.

Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita mengatakan Indonesia terdeteksi mengalami hotspot air, meski kekeringan bisa terjadi di skala lokal.

Menurutnya, jika Indonesia gagal melakukan mitigasi diproyeksikan tahun 2045-2050 alias pada masa emas akan mengalami perubahan iklim serta mengalami krisis pangan.

Sementara Food and Agriculture Organization (FAO) memproyeksikan akan terjadi krisis pangan di hampir seluruh dunia pada tahun tersebut. Lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menunjang sumber pangan dunia sebanyak 80 persen menjadi pihak paling rentan pada fenomena tersebut.

“Cuaca ekstrem, iklim ekstrem, dan kejadian terkait air lainnya telah menyebabkan 11.778 kejadian bencana dalam kurun waktu 1970 hingga 2021,” tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati