Mitrapost.com – Masyarakat mengungkapkan ketidaksetujuannya atas wacana kenaikan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng rakyat atau MinyaKita menjadi Rp15.500 per liter. HET MinyaKita awalnya berada diangka Rp14.000 per liter.
Dilansir dari Tirto, Kamis (20/6/2024), Salah satu pedagang gorengan di Pondok Labu, Jakarta Selatan, Indra, menyatakan penolakan wacana kenaikan harga MinyaKita. Kenaikan harga tersebut, akan diikutii oleh harga bahan pokok lainnya.
“Saya enggak setuju naik. Untuk pedagang kayak kita, harga naik di masyarakat itu paling sudah, paling terdampak, otomatis kita pedagang terdampak masyarakat yang beli mundur,” kata Indra.
Selanjutnya, ia menyampaikan akan mengurangi volume jualan jika rencana tersebut ditetapkan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan harga.
“Volumenya pasti dikurangi kalau harga minyak naik, pelanggan juga pasti nanya kenapa jadi sedikit,” ungkapnya.
Pasalnya, untuk menjual tahu krispi dan otak-otak membutuhkan minyak goreng antara 10 liter sampai 12 liter setiap hari. Kenaikan MinyaKita sebanyak Rp1.500 per liter akan membebani.
“Kita penghasil sawit terbesar tapi kenapa harga minyak naik. Percuma Indonesia penghasil sawit,” kata Indra.
Sebagai informasi, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan bahwa pihaknya sedang membahas wacana kenaikan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng rakyat atau MinyaKita. Harga MinyaKita awalnya seharga Rp14.000 per liter menjadi Rp15.500 per liter.
“Iya, ini nanti kami mau rapatkan (kenaikan HET Minyakita),” kata Zulhas, Rabu (19/6/2024).
Zulhas mengusulkan harga MinyaKita naik sebanyak Rp1.500 per liter. Kenaikan tersebut lantaran HET beras sudah naik.
“Saya mau usul, kami nanti kita bicarakan dulu kalau memang sudah disepakati saya mengusulkan naiknya Rp1.500 karena sekarang di pasar juga memang beras saja dari Rp10.900 jadi Rp12.500,” ujarnya. (*)
Redaksi Mitrapost.com