Mitrapost.com – Sesama muslim memang wajib saling mengingatkan untuk kebaikan bersama. Nasihat juga disampaikan sebagai wujud kepedulian terhadap saudara muslim lainnya, dan harus diungkapkan dengan bahasa yang santun dan baik.
Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam menasihati orang lain. Pada dasarnya, nasihat ditujukan untuk memberikan pengajaran dan pelajaran yang baik, bukan dijadikan sebagai ajang menyalahkan dan mempermalukan orang lain.
Dari Tamim Ad Dariy, Rasulullah SAW bersabda, “’Agama adalah nasehat’, Para sahabat bertanya, ‘Untuk siapa?’. Beliau menjawab, ‘Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya’,” (HR. Muslim).
Dilansir dari DetikHikmah, berikut adab-adab menasihati dalam Islam.
Ikhlas dalam menasihati ornag lain
Dari Umar bin Khathab, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya,” (HR.Bukhari dan Muslim).
Menasihati untuk menjauhkan dari kemungkaran
Dari Abu Sa’id Khudhri, Rasulullah SAW memberikan tingkatan urutan dalam mengingkari kemungkaran, “Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Menasehati dengan lembut dan tidak memaksa
Nasihat yang disampaikan dengan baik, diharapkan menciptakan kebaikan pula di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda untuk, “Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya,” (HR. Muslim).
Menasihati secara rahasia
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti,” (Diwan Asy Syafi ‘i, hal. 56).
Menasihati di waktu yang tepat
Ibnu Mas’ud pernah bertutur, “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak,” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih). (*)
Redaksi Mitrapost.com