Mitrapost.com – Kasus kekerasan di lingkungan pendidikan dasar hingga menengah disebut mengalami peningkatan hingga 100 persen di tahun 2024. Temuan ini berasal dari data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI).
Ada sebanyak 573 kasus kekerasan terjadi di lembaga pendidikan pada tahun 2024. Jumlah ini meningkat secara signifikan dari tahun 2023, yakni 285 kasus kekerasan.
“Tren kekerasan di dunia pendidikan terus mengalami lonjakan. Tahun 2020 terdapat 91 kasus, lalu naik menjadi 142 kasus di 2021, 194 kasus di 2022, 285 kasus di 2023, dan tahun 2024 terdapat 573 kasus,” kata Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji, dikutip dari CNN Indonesia.
Ia melanjutkan, kekerasan terbanyak di sekolah umum, yakni 64 persen dari jumlah keseluruhan kasus. Kemudian, diikuti kekerasan di lembaga pendidikan berbasis ilmu agama, seperti madrasah dan pesantren.
“Data menunjukkan, kasus kekerasan paling banyak terjadi di sekolah (sebesar) 64%. Sementara di lembaga pendidikan berbasis agama ditemukan 36% kasus kekerasan, dengan rincian di madrasah 16% dan pesantren 20%,” lanjutnya.
Disebutkan pula bahwa mayoritas kasus kekerasan terjadi di Pulau Jawa. Dirinci ada 81 kekerasan di Jawa Timur, kemudian 56 kasus di Jawa Barat, 45 kasus di Jawa Tengah, 32 kasus di Banten 32 kasus, dan 30 kasus di Jakarta.
Pelaku kekerasan dilakukan paling banyak oleh tenaga pendidik alias guru, yakni sebesar 43,9 persen. Meski demikian, tak sedikit pula mereka yang menjadi korban kekerasan. 10,2 persen guru mengalami kekerasan oleh murid dan orang tua.
“Meski guru dalam kasus kekerasan di sekolah banyak menjadi pelaku, tapi tak sedikit pula mereka yang menjadi korban,” terangnya lagi. (*)

Redaksi Mitrapost.com

																						




