Kenapa Masih Ada Maksiat di Bulan Ramadan?

Mitrapost.com – Bulan Ramadan merupakan salah satu bulan yang mulia. Di bulan ini, umat muslim diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan yang merugikan atau bermaksiat.

Apalagi, di bulan ini, setan-setan yang tugasnya menyesatkan manusia akan dibelenggu. Rasulullah SAW bersabda, “Jika bulan Ramadan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu,” (HR. Muslim)

Menurut hadist tersebut, setan akan dikekang selama bulan Ramadan. Meski demikian, mengapa masih ada banyak orang yang melakukan kemaksiatan? Selengkapnya, simak penjelasan yang kami rangkum berikut!

Kenapa masih ada maksiat di bulan Ramadan?

Menurut Al-Hafidh Ibnu Hajar, maksud dari setan dibelenggu pada hadist riwayat Muslim tersebut adalah setan tidak mulus dalam menggoda Kaum Muslimin seperti bulan lainnya, dikutip dari laman Kemenag Sulawesi Barat.

Kesibukan umat muslim dalam menjalankan puasa, tarawih, salawat, membaca Alquran, zikir, dan ibadah lainnya dengan ikhlas membuat setan terkekang.

Namun, perlu diketahui bahwa perbuatan maksiat bisa berawal dari nafsu, kemudian didorong oleh bisikan setan. Artinya, jika seseorang tidak mampu menahan nafsunya sendiri, mereka cenderung mudah terjerumus dalam kejahatan dan maksiat.

Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 53 yang berbunyi,

إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ

Artinya: “Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.”

Sehingga, yang paling penting adalah menahan nafsu diri agar tidak mudah tergoda dengan dorongan setan yang menyesatkan.

Adapun cara untuk menahan nafsu adalah dengan mempertebal keimanan kita kepada Allah SWT, mengisi waktu luang dengan kegiatan positif, serta senantiasa berdoa untuk mendapatkan perlindungan-Nya.

Doa mencegah perbuatan maksiat

Dilansir dari NU Online, berikut doa yang dapat dibaca setiap hari agar terhindar dari tindakan maksiat yang merugikan.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ التَوْبَةَ وَدَوَامَهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ المَعْصِيَةِ وَأَسْبَابِهَا وَذَكِّرْنَا بِالخَوْفِ مِنْكَ قَبْلَ هُجُومِ خَطَرَاتِهَا، وَاحْمِلْهُ عَلَى النَّجَاةِ مِنْهَا وَمِنْ التَّفَكُّرِ فِي طَرَائِقِهَا وَامْحُ مِنْ قُلُوبِنَا حَلَاوَةَ مَا اجْتَبَيْنَاهُ مِنْهَا، وَاسْتَبْدِلْهَا بِالكَرَاهَةِ لَهَا وَالطَّمَعِ لِمَا هُوَ بِضِدِّهَا

Allāhumma innā nas’alukat taubata wa dawāmahā, wa na‘ūdzu bika minal ma‘shiyati wa asbābihā, wa dzakkirnā bil khaufi mina qabla hujūmi khatharātihā, wahmilhu alān najāti minhā wa minat tafakkuri fī tharā’iqihā, wamhu min qulūinā halāwata majtabaināhu minhā, wastabdilhā bil karāhati lahā wat thama‘I li mā huwa bi dhiddihā

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami meminta pertobatan dan kelanggengannya. Kepada-Mu, kami berlindung dari maksiat dan sebab-sebabnya. Ingatkan kami agar takut kepada-Mu sebelum datang bahaya maksiat. Bawakan ketakutan itu untuk menyelamatkan kami dari maksiat dan dari pikiran di jalanan maksiat. Hapuskan kelezatan maksiat yang kami pilih dari hati kami. Gantikan kenikmatan itu dengan rasa tidak suka dan keinginan terhadap lawanan maksiat.” (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati