Mitrapost.com – Ramadan menjadi bulan yang penuh keistimewaan, bahkan disebutkan lebih bak dari seribu bulan.
Para malaikat turun ke bumi hingga terbit fajar untuk membawa kabar kesejahteraan. Maka dari itu, banyak orang yang berharap jika dapat bertemu dengan malam Lailatul Qadar.
Berdasarkan kitab Ihya Ulumudin yang ditulis Imam Ghazali. Berikut penjelasan tentang malam Lailatul Qadar;
Bila hari awal Ramadan jatuh pada malam Ahad( Pekan) ataupun Rabu, hingga lailatul qadar jatuh pada malam 29 Ramadan.
Bila malam awal Ramadan jatuh pada malam Senin, hingga lailatul qadar jatuh pada malam 21 Ramadan.
Bila malam awal Ramadan jatuh pada malam Kamis, hingga lailatul qadar jatuh pada malam 25 Ramadan.
Bila malam awal Ramadan jatuh pada malam Sabtu, hingga lailatul qadar jatuh pada malam 23 Ramadan.
Bila malam awal Ramadan jatuh pada malam Selasa ataupun Jumat, hingga lailatul qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.
Imam Syafii juga turut berpendapat tentang malam Lailatul Qadar. Uraian ini jadi acuan para pemeluk mazhab Syafii. Lailatul qadar lebih dekat pada 21 serta 23 Ramadan. Sebaliknya sebagian ulama berkomentar, lailatul qadar jatuh pada 27 Ramadan.
IAIN Madura menarangkan, komentar tersebut bersumber pada pengetahuan serta komentar para ulama. Komentar ini sejalan dengan hadits Nabi SAW yang menganjurkan umatnya mencari lailatul qadar di 10 malam terakhir Ramadan
تَحَرَّوْالَيْلَةَالْقَدْرِفِىالْوِتْرِمِنَالْعَشْرِالأَوَاخِرِمِنْرَمَضَانَ
Maksudnya:” Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari 10 malam terakhir di bulan Ramadan.”( HR Bukhari).
Lailatul qadar pula dapat dikenal dari karakternya yang khas. Dilansir dari halaman kantor daerah( kanwil) Departemen Agama, karakteristik malam lailatul qadar sudah dijelasakan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.
Isyarat malam lailatul qadar
Hadits ini berasal dari Ubadah bin Ash Shamit, yang ada dalam tafsir Ibnu Katsir
أَنَّرَسُوْلَاللهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَ:لَيْلَةُالْقَدْرِفِيْالْعَشْرِالْبَوَاقِيْ,مَنْقَامَهُنَّابْتِغَاءَحِسْبَتِهِنَّفَإِنَّاللهَتَبَارَكَوَتَعَالَىيَغْفِرُلَهُمَاتَقَدَّمَمِنْذَنْبِهِوَمَاتَأَخَّرَ,وَهِيَلَيْلَةُوِتْرٍ,تِسْعٌأَوْسَبْعٌأَوْخَامِسَةٌأَوْثَالِثَةٌأَوْآخِرُلَيْلَةٍ,وَقَالَرَسُوْلُاللهَِ:إِنَّأَمَارَةَلَيْلَةِالْقَدْرِأَنَّهَاصَافِيَةٌبَلْجَةٌكَأَنَّفِيْهَاقَمَراًسَاطِعاًسَاكِنَةٌسَاجِيَةٌ,لاَبَرْدَفِيْهَاوَلاَحَرَّ,وَلاَيَحِلُّلِكَوْكَبٍأَنْيُرْمَىبِهِفِيْهَاحَتَّىتُصْبِحَ,وَإِنَّأَمَارَتَهَاأَنَّالشَّمْسَصَبِيْحَتَهَاتَخْرُجُمُسْتَوِيَةً,لَيْسَلَهَاشُعَاعٌمِثْلَالْقَمَرِلَيْلَةَالْبَدْرِ,وَلاَيَحِلُّلِلشَّيْطَانِأَنْيَخْرُجَمَعَهَايَوْمَئِذٍ.
Maksudnya: Sebetulnya Rasulullah SAW bersabda:” Lailatul Qadr( terjalin) pada 10 malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam- malam itu sebab berharap keutamaannya, hingga sebetulnya Allah hendak mengampuni dosa- dosanya yang kemudian serta yang hendak tiba. Serta malam itu merupakan pada malam ganjil, ke 2 puluh 9, 2 puluh 7, 2 puluh 5, 2 puluh 3 ataupun malam terakhir di bulan Ramadhan,” serta Rasulullah SAW bersabda:” Sebetulnya ciri Lailatul Qadr merupakan malam terang, cerah, seolah- olah terdapat bulan, malam yang tenang serta tentram, tidak dingin serta tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, hingga pagi harinya. Serta sebetulnya, ciri Lailatul Qadr merupakan, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kokoh, semacam bulan purnama, serta tidak pula dihalalkan untuk setan buat keluar bersama matahari pagi itu.”( HR Ahmad).
Redaksi Mitrapost.com