Mitrapost.com – Seiring perkembangan zaman dan teknologi, muncul sejumlah istilah baru yang kini banyak digunakan oleh banyak orang, termasuk brain rot. Brain rot merupakan fenomena yang kerap dialami oleh anak muda akhir-akhir ini, dipicu masifnya penyebaran informasi di media sosial.
Menurut Oxford Dictionaru, ‘brain rot’ didefinisikan sebagai kemerosotan kondisi mental atau intelektual seseorang karena konsumsi berlebihan konten daring yang dianggap remeh atau tidak penting.
Jika anda penasaran dengan penyebab brain rot, simak penjelasan lebih lengkapnya lewat artikel berikut ini!
Mengapa terjadi brain rot?
Psikolog IPB University, Nur Islamiah, M.Psi, PhD mengatakan bahwa brain rot cenderung terjadi pada mereka yang mengonsumsi konten digital secara berlebihan, khususnya melalui doomscrolling dan zombie scrooling, serta kecanduan media sosial.
Doomscrolling diartikan sebagai ketergantungan untuk terus-menerus membaca berita negatif di media sosial, sedangkan zombie scrolling diartikan sebagai menggulir media sosial secara terus-menerus, tanpa sadar, dan tanpa tujuan yang jelas.
“Semua kebiasaan tersebut dapat meningkatkan kecemasan, stres, bahkan depresi,” tutur Nur Islamiah yang juga merupakan Dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB.
Selain itu, brain rot juga melemahkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah pada remaja, serta menurunnya rentang perhatian.
Penurunan rentang perhatian berdampak pada kesulitan mempertahankan fokus pada tugas yang lebih kompleks dan membutuhkan waktu lama untuk dipahami. Hal ini bisa dipicu ketergantungan konten video instan seperti di TikTok maupun Instagram Reels
“Mereka cenderung kehilangan kesabaran saat menghadapi masalah yang tidak memiliki jawaban langsung, sehingga sulit memahami hal yang lebih kompleks,” ungkapnya.
Kurangnya rentang perhatian ini juga menyebabkan seseorang mudah terdistraksi dan mudah lupa.
Selain itu, brain rot juga disebabkan oleh kelebihan beban kognitif. Ini karena otak terus-menerus dibanjiri informasi baru, namun tidak memiliki kesempatan untuk menganalisis atau memahami secara mendalam.
“Hal ini akan menghambat kemampuan mereka untuk berpikir logis, membuat keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah secara efektif,” ungkapnya. (*)

Redaksi Mitrapost.com