Musim Kemarau Basah Ancam Produksi Garam, DKP Pati Dorong Inovasi Geo-Membran

Pati, Mitrapost.com Musim kemarau 2025 diperkirakan akan berlangsung dalam kondisi hujan masih turun hujan atau kemarau basah. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi para petambak garam di Kabupaten Pati.

Menyikapi itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati mengambil langkah strategis untuk memastikan produksi garam tetap optimal, salah satunya dengan mendorong penggunaan teknologi geo-membran.

Petugas Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Bidang P3KP Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Triana Shinta Dewi mengungkapkan bahwa pihaknya telah menggandeng Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Hal ini dilakukan untuk memberikan bimbingan teknis (bimtek) kepada para petambak. Hal ini dilakukan agar mereka memahami potensi risiko musim kemarau basah dan siap melakukan adaptasi.

“Kami sudah berkeliling memantau kondisi tambak. Petambak sekarang sudah lebih pintar dalam membaca cuaca dan mulai menata lahannya. Meski produksi saat ini masih terbatas, kami dorong mereka untuk mulai berinovasi dengan menggunakan geo-membran,” jelasnya.

Teknologi geo-membran terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan mutu hasil garam. Selain mempercepat proses kristalisasi, lapisan plastik khusus ini juga mencegah kontaminasi dari tanah, sehingga menghasilkan garam dengan kualitas yang lebih tinggi.

“Dulu, sosialisasi penggunaan geo-membran cukup sulit diterima. Tapi setelah mengalami sendiri dampaknya saat kemarau basah, kini mereka mulai menyadari manfaatnya. Bahkan, banyak petambak yang bertanya apakah ada bantuan geo-membran,” tambahnya.

Meski belum memasuki puncak musim panen, ketersediaan garam di Kabupaten Pati masih aman. DKP mencatat, cadangan stok garam saat ini mencapai 130 ribu ton.

“Stok masih cukup. Para petambak juga masih menahan penjualan sambil berharap harga bisa naik karena fluktuasi pasar setiap harinya,” tandasnya.

Pembinaan kepada petambak terus dilakukan, tidak hanya dalam bentuk teknis produksi, tetapi juga dalam pengelolaan pola budidaya yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. Tujuannya, agar kualitas garam Pati mampu bersaing di pasaran, baik lokal maupun nasional.

“Kalau ingin bersaing, mereka harus mulai meningkatkan kualitas. Tanpa geo-membran, saat kemarau basah produksi bisa terhenti. Yang memakai geo-membran justru tetap bisa panen,” paparnya.

Dengan kombinasi edukasi dan inovasi teknologi, DKP Kabupaten Pati optimistis produksi garam lokal dapat terus berkembang meski menghadapi tantangan cuaca yang tak menentu. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati