Mitrapost.com – Perkembangan teknologi finansial dalam beberapa tahun terakhir membawa perubahan besar dalam kebiasaan transaksi masyarakat Indonesia.
Jika dahulu dompet penuh uang tunai menjadi hal yang wajib, kini semakin banyak orang memilih dompet digital sebagai alat pembayaran utama.
Menurut laporan Bank Indonesia, pada Mei 2024 nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp78,16 triliun, naik 24,43% dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, transaksi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) juga melonjak signifikan, dengan pertumbuhan tahunan lebih dari 100%. Data ini menegaskan bahwa kebiasaan cashless bukan sekadar tren, melainkan sudah menjadi gaya hidup baru.
Alasan utama dompet digital semakin diminati adalah kemudahan. Hanya dengan telepon seluler (ponsel), pengguna bisa bertransaksi mulai dari membayar ojek online, belanja di minimarket, hingga makan di warung kaki lima yang kini banyak menerima QRIS.
Selain itu, banyaknya promo seperti cashback dan diskon membuat pengguna semakin betah bertransaksi tanpa uang tunai.
Generasi muda, terutama Gen Z dan milenial menjadi kelompok yang paling aktif menggunakan dompet digital.
Survei Katadata Insight Center menunjukkan bahwa hampir 80% Gen Z Indonesia lebih memilih cashless karena dianggap lebih praktis dan aman dibanding membawa uang tunai.
Namun, kebiasaan ini juga menghadirkan tantangan.
Risiko keamanan siber dan kebocoran data pribadi masih menjadi perhatian. Selain itu, masyarakat di daerah dengan akses internet terbatas belum sepenuhnya bisa merasakan kemudahan yang sama.
Meski begitu, arah perubahan sudah jelas seperti Indonesia bergerak menuju masyarakat yang semakin cashless.
Dengan dukungan regulasi, peningkatan literasi digital, serta inovasi dari perusahaan fintech, dompet digital diprediksi akan terus tumbuh menjadi tulang punggung ekosistem pembayaran modern di tanah air. (*)

Redaksi Mitrapost.com