Mitrapost.com – Siapa yang bisa menolak godaan martabak manis hangat dengan topping melimpah? Mulai dari cokelat, keju, kacang, hingga varian modern seperti matcha atau red velvet, jajanan satu ini hampir selalu jadi primadona di malam hari.
Fenomena martabak manis sebagai camilan malam bukanlah hal baru, dan ada beberapa alasan kenapa popularitasnya tak pernah pudar.
Pertama, martabak manis identik dengan “comfort food” bagi banyak orang Indonesia. Tekstur lembut dengan isian yang manis memberi rasa puas setelah aktivitas seharian penuh.
Banyak orang sengaja menunggu malam untuk menikmatinya, karena suasana santai setelah bekerja terasa pas dipadukan dengan camilan ini.
Selain itu, faktor sosial juga turut berperan. Martabak manis sering dijadikan sebagai makanan bersama karena porsinya besar dan bisa dibagi-bagi. Tak heran jika banyak orang membelinya saat berkumpul dengan keluarga atau nongkrong dengan teman.
Riset kecil dari aplikasi GoFood (2022) bahkan mencatat martabak sebagai salah satu makanan paling banyak dipesan di malam hari, bersaing dengan nasi goreng dan ayam goreng.
Faktor lain yang membuat martabak manis semakin digemari adalah inovasi rasa. Jika dulu hanya ada topping klasik, kini penjual kreatif menghadirkan kombinasi modern yang disukai anak muda. Varian ini membuat martabak tetap relevan dan menarik perhatian generasi baru.
Tidak ketinggalan, aspek budaya malam di Indonesia ikut mendukung popularitasnya.
Banyak pedagang martabak baru membuka lapak setelah magrib hingga tengah malam. Hal ini membuat martabak seakan identik dengan kuliner malam, sekaligus menjadi pilihan praktis untuk mengobati rasa lapar dadakan.
Dengan segala kelezatan dan momen kebersamaan yang ditawarkan, martabak manis tampaknya akan terus jadi camilan favorit saat malam. Bukan hanya sekadar makanan, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban yang mencari kenyamanan sederhana di tengah sibuknya hari. (*)

Redaksi Mitrapost.com