Mengapa Banyak Orang Terapkan Slow Living di Tengah Perkembangan Teknologi?

Mitrapost.com – Dalam beberapa tahun terakhir, konsep slow living semakin populer di kalangan masyarakat urban. Istilah ini merujuk pada gaya hidup yang menekankan kesederhanaan, kesadaran penuh dan penghargaan terhadap waktu.

Alih-alih mengejar kecepatan dan produktivitas berlebih, slow living mengajak individu untuk memperlambat ritme hidup, menikmati momen, serta lebih peka terhadap hal-hal kecil yang sering terlewatkan.

Melansir dari Detik Finance, salah satu alasan utama banyak orang mulai menerapkan slow living adalah kejenuhan terhadap budaya serba cepat. Perkembangan teknologi dan tuntutan pekerjaan membuat kehidupan modern identik dengan target dan jadwal padat.

Hal ini kerap menimbulkan stres berkepanjangan dan rasa kehilangan kendali atas waktu. Dengan slow living, seseorang diajak untuk menata kembali prioritas sehingga hidup terasa lebih tenang dan bermakna.

Selain itu, slow living juga dianggap sebagai cara meningkatkan kualitas kesehatan mental dan fisik. Gaya hidup ini mendorong seseorang untuk beristirahat cukup, mengonsumsi makanan sehat, serta meluangkan waktu untuk aktivitas seperti membaca, berkebun, atau sekadar berjalan santai.

Hasilnya, tubuh dan pikiran lebih seimbang sehingga produktivitas tetap terjaga tanpa harus terburu-buru.

Faktor lain yang membuat konsep ini menarik adalah dorongan untuk hidup lebih berkesadaran. Slow living mengajarkan pentingnya menikmati proses, bukan hanya hasil. Misalnya, dalam hal bekerja seseorang bisa lebih fokus pada kualitas pekerjaan daripada jumlah yang dihasilkan.

Dalam kehidupan sosial, slow living membuat interaksi menjadi lebih tulus karena seseorang hadir secara penuh saat bersama keluarga maupun teman.

Fenomena ini juga berkaitan dengan meningkatnya kesadaran lingkungan. Slow living kerap dikaitkan dengan gaya hidup minimalis, mengurangi konsumsi berlebih, serta memanfaatkan barang secara lebih bijak.

Dengan begitu, seseorang tidak hanya mendapat manfaat pribadi, tetapi juga ikut menjaga kelestarian bumi melalui kebiasaan kecil seperti mengurangi sampah plastik atau memilih produk ramah lingkungan.

Selain itu, tren ini didukung oleh perubahan nilai hidup generasi muda. Banyak anak muda terutama generasi milenial dan Gen Z mulai mempertanyakan makna kesuksesan yang selama ini identik dengan materi.

Mereka cenderung mencari kebahagiaan melalui pengalaman, hubungan yang sehat, dan keseimbangan hidup. Konsep slow living pun menjadi jawaban atas kebutuhan untuk hidup lebih autentik dan tidak terjebak dalam perlombaan tanpa akhir.

Meski terdengar sederhana, menerapkan slow living membutuhkan komitmen. Seseorang perlu mengurangi distraksi digital serta menata ulang gaya hidup agar lebih selaras dengan kebutuhan diri. Perubahan kecil seperti mematikan gawai saat makan bersama bisa menjadi langkah awal yang berdampak besar. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati