Mitrapost.com – Pemantauan terbaru oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) melaporkan jumlah anak yang keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) per akhir September tercatat sebanyak 8.649.
Menanggapi hal tersebut, detikINET merangkum beberapa solusi pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari kasus keracunan makanan dalam program MBG tersebut dengan penggunaan teknologi yang solutif.
Beberapa konsep yang bisa digunakan, di antaranya seperti Sains Teknologi Pangan (Food Science and Technology), Logistik Rantai Dingin (Cold Chain Logistics), serta Sistem Keamanan Pangan Digital (Digital Food Safety Systems).
Pengadaan Bahan Baku
Untuk dapat memastikan kualitas bahan baku, baik daging dan sayuran agar masih dalam keadaan segar sebelum proses pengolahan, petugas dapat memanfaatkan perkembangan teknologi terbaru dalam bidang kimia analitik dan mikrobiologi.
Teknologi Freshness Sensors bisa digunakan untuk mendeteksi kadar amina biogenik (indikator pembusukan) pada daging, ikan, atau pH pada sayuran.
Setelah dinyatakan aman, setiap batch bahan baku yang disediakan supplier baiknya menerapkan sistem traceability berbasis Quick Response (QR) untuk akses informasi waktu panen atau produksi, suhu transportasi dan lokasi supplier.
Maka ketika terjadi keracunan, sumber masalah dapat dilacak dengan cepat.
Pengolahan Bahan Baku
Setelah memastikan bahan baku, penggunaan alat ATP meter bisa diberlakukan untuk mencegah kontaminasi silang antara alat dan permukaan atau meja masak, untuk mengukur tingkat kebersihan. Jika di rasa kurang akurat, gunakan unit UV-C portabel untuk sterilisasi area penyimpanan.
Setelah alat dan tempat dipastikan dalam situasi bersih sesuai kadarnya, pengolahan bahan baku saat proses memasak bisa dengan menerapkan termometer digital terkalibrasi untuk memastikan ambang batas aman makanan, serta perlengkapan smart cooking untuk mencegah terjadinya patogen tidak mati.
Kemudian penerapan sistem Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) menggunakan perangkat juga mampu mencatat data kritis seperti suhu dan waktu tunggu secara digital sesuai standarnya.
Proses Distribusi Makanan Jadi
Sebelum distribusi, pengemasan makanan bisa memakai kemasan dengan label visual yang mampu berubah warna (TTA indicator) jika makanan terpapar suhu tinggi atau waktu terlalu lama.
Sementara di dalam kotak makanan bisa memanfaatkan internet of things (IoT) di logger untuk sensor suhu dan waktu.
Setelah seluruhnya telah diterapkan, pengadaan sistem pelaporan digital untuk pengaduan gejala keracunan secara real-time bisa dilakukan via aplikasi, untuk penanganan cepat dan penarikan menu yang sama di daerah lain. (*)

Redaksi Mitrapost.com