Mitrapost.com – Mantan Direktur Penelitian dan Pengembangan di United States Federal Railroad Administration (US FRA), Steven R. Ditmeyer sejak tahun 2017 telah menanggapi terkait adanya pertimbangan pemasangan sabuk pengaman di kereta api.
Menurutnya, pemasangan tersebut telah dipertimbangkan selama bertahun-tahun, dan pihak perusahaan kereta api tidak memaksakan penggunaan alat tersebut. Dalam pandangannya, penumpang justru memilih kereta karena fleksibilitasnya untuk melakukan aktivitas selain duduk.
“Tidak ada tempat di dunia ini yang menggunakan sabuk pengaman di kereta,” ucap Steven kepada Global News, dikutip dari Detik.
Namun jauh daripada alasan tersebut, perusahaan kereta api dan pakar keselamatan Railway Safety & Standards Board, jauh sebelumnya telah melakukan uji coba terkait kemungkinan pemasangan sabuk pengaman di tiga titik.
Hasilnya menunjukkan keberagaman dari modifikasi yang diperlukan untuk dapat merealisasikan pemasangan sabuk pengaman di setiap kursi kereta api tersebut. Salah satunya, peningkatan secara substansial ditemukan dari hasil cedera penumpang yang menggunakan sabuk pengaman.
Sementara penumpang yang memilih tidak menggunakan sabuk pengaman justru mengalami penurunan dari hasil cedera yang dialami, karena berdampak pada kursi yang telah dimodifikasi dengan diperkeras.
Namun, hasil cedera justru lebih buruk dialami bagi penumpang perempuan dan remaja berpostur pendek yang menggunakan sabuk pengaman. Hampir seluruhnya, cedera yang dialami ialah pada leher (Nij).
“Fitur ini mungkin dapat dikurangi jika kursi baru dirancang dengan mempertimbangkan masalah ini. Meski begitu, kesulitan dan implikasi yang ditimbulkannya tidak boleh diremehkan,” tegas pihak Railway Safety & Standards Board.
Maka untuk itu, pihaknya telah menyebut bahwa desain kursi saja sudah menyediakan cara paling efisien untuk membatasi gerakan tubuh ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan demikian, tingkat keparahan cedera yang ditimbulkan pun akan dapat diminimalkan. (*)

Redaksi Mitrapost.com






