Agung menyinggung soal pemberlakuan jam malam, yang dinilai tidak fleksibel.
“Kebijakan jam malam dirasakan sangat tidak humanis bagi para pedagang kaki lima di wilayah Kabupaten Kudus. Dampaknya jelas bagi para pedagang kecil yang berjualan malam hari, sedangkan mal dan toko-toko besar lainnya justru siang hari buka tanpa seruan tegas dalam hal pencegahan,” ujarnya.
Hal lain yang menjadi sorotan Aliansi Masyarakat Peduli Covid-19 adalah persoalan relawan pemulasaraan dan pemakaman Covid-19 Kabupaten Kudus.
“Kemarin sempat ada relawan tim pemulasaraan mogok, karena tersinggung pernyataan jubir Gugus Tugas Covid-19 soal pelatihan tim pemulasaraan dan pemakaman di 132 desa, tapi saya cek pelatihan pemulasaraan tidak ada,” sambungnya.
Baca juga: Dinkes Pati Ajukan Anggaran Rp 8 Miliar untuk Penanganan Covid-19
Agung merasa ada dugaan memanipulasi data penanganan Covid-19. Khususnya terkait anggaran.
“Maka kami meminta usut tuntas dan transparansi pengguna dana Covid-19 di DKK Kudus, segera ganti oknum yang tidak kompeten cakap dalam penanganan wabah virus,” lanjutnya.