Tak Ingin Ketergantungan Pupuk Subsidi, Petani di Batangan Beralih ke Pertanian Organik

“Pembuatan bibit, kita mulai merendam pakai air, garam, dan telur untuk mengangkat padi yang akan ditebar agar bibit kopong terangkat yang bagus tertinggal. Setelah dua hari disimpan setelah berkecambah ditebar 20 hari baru pindah lokasi untuk ditanam,” jelasnya.

Tanah yang dibajak juga diberi abu sekam dan arang batok untuk menambah unsur hara dalam ranah.

Untuk mengusir hama, Setelah 7 hari ditanam padi muda tetap menyemprot pestisida. Namun pestisida yang digunakan bukan kimia melainkan dari bahan alami seperti bawang putih, merica, dan bahan sederhana lainnya.

Terbukti saat panen musim tanam pertama (MT-1) tahun ini, ia membandingkan hasil panennya sama dengan hasil panennya dulu saat masih menggunakan pupuk kimia.

Baca Juga :   Hindari Bahaya Bahan Kimia, Dewan Ajak Petani Budidaya Padi Secara Organik

Baca juga: Warga Siasati Larangan Takbir Keliling, Bupati Pati Turun Tangan

“Memang waktunya lebih lama dari yang biasa. Tapi saya panen bisa 5.135 kilo per meter. kalau dihitung 8,2 ton per hektare. ya sama,” ujar yasiman.

Penyuluh Petani Lapangan Kelompok Jabatan Fungsional (PPL KJF) Kecamatan Batangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Sudiyanto mengapresiasi inovasi organik kelompok tani Karya Lestari. Ia mengatakan gerakan ke organik ini perlu didukung untuk mengurangi ketergantungan pupuk kimia di lini petani.