“Yang saya stok itu krakalanya, bukan udang rebonnya. Karena kalau udang rebon di simpan terlalu lama ndak bisa. Kalau krakalan kan sudah melalui proses pengeringan, jadi bisa di simpan lama,” imbuhnya.
Sebelumnya, dalam sehari Mastur bisa memproduksi terasi dua sampai tiga kwintal, namun saat langka seperti sekarang ia hanya bisa memproduksi setengah sampai satu kwintal.
Baca juga:Pemkab Rembang Tambah Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit
Desa Bonang bisa terkenal sebagai pusat pembuatan terasi menurut Mastur disebabkan oleh kualitas udang rebon Rembang yang sangat baik. Hal itu berpengaruh terhadap hasil terasi Bonang. Namun terasi Bonang sendiri banyak varian dan harganya juga berbeda-beda.
“Terasi rebon asli itu 35 ribu perkilo, tapi yang melalui proses deplokan atau tradisional bisa sampai Rp60-70 ribu. Yang campuran rebon Rembang dengan luar Rembang Rp28 ribu,” paparnya.
Hal senada juga di lontarkan Syafiq, produsen terasi asal desa Bonang juga. Ia mengaku selain rebon yang langka pandemi juga membuat omzetnya turun.