“Mbah Muttamakin itu punya ajaran dalam arti kata tarekat-tarekat beliau itu dipahat di ukiran yang ada di masjid Kajen,” paparnya.
Menurutnya, Masjid Kajen menjadi salah satu bukti bahwa Islam dan Budaya di Kajen mampu berdampingan. Di masjid tersebut banyak terdapat ornamen-ornamen yang melukiskan kebudayaan Jawa kuno. Seperti naga, burung, huruf pegon itu diukir di atas mimbar masjid itu dan papan bersurat di depan imam.
“Itu adalah salah satu manifestasi suatu karya luar biasa bahwa Jawa dan Islam itu bisa diakulturasikan dan contohnya di masjid Kajen yang sudah berdiri sekitar 300 tahun yang lalu. Kalau menurut dari Mas milal bizawi tahun 1695,” imbuhnya.
Desa Kajen, lanjutnya juga banyak menyimpan manuskrip-manuskrip kuno. Salah satunya peninggalan Mbah Ahmad Muttamakin Kajen. Manuskrip tersebut dapat menggambarkan bagaimana dakwah Islam menggunakan adat kebudayaan Jawa.
“Manuskrip tersebut menceritakan serat dewa Ruci itu dengan perspektif tasawuf ajaran beliau. Inilah sangat luar biasa. Bagaimana mistisisme Jawa atau cerita pewayangan itu bisa dijadikan bahan dakwah Mbah Muttamakin,” jelasnya.