Pati, Mitrapost.com – Ditutupnya tempat wisata pembatasan operasional cafe dan rumah makan, membuat pendapatan para produsen kopi turun sangat signifikan.
Untuk bertahan, para produsen kopi biasanya memasarkan produknya secara online.
Namun menurut Muttaqin, petani kopi dan pemilik brand Kopi Jowo asal Desa Sidomulyo Kecamatan Gunungwungkal, memasarkan produk secara online, bukanlah strategi terbaik menghadapi turunnya permintaan saat pandemi Covid-19
Ia menemukan cara yang lebih baik yakni dengan masuk ke jaringan pasar daerah.
“Dalam satu tahun terakhir saya menyasar pasar lokal kabupaten Pati. Orang jarang sekali menyasar ke situ. mereka bayangannya metropolis, pasar jauh bahkan sampai ke ekspor. Ternyata di lingkungan kita pasarnya serapannya besar dengan merubah segmen pasar,” kata Muttaqin kepada Mitrapost.com.
Muttaqin mengaku, pangsa pasarnya sebelum pandemi adalah cafe, tempat wisata, dan ritail modern, menyesuaikan kualitas kopi premium yang ia produksi. Lesunya sektor-sektor tersebut menuntut Muttaqin mencari pangsa pasar lain.
Di sisi lain ia mengamati, saat pandemi tingkat stress masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah cenderung meningkat. Kondisi ini menciptakan pasar baru bagi Muttaqin.
Ia akhirnya menjual kopi kualitas premium ke sejumlah pasar tradisional dengan harga yang lebih murah tanpa mengurangi kualitas produksi.
Agar menghemat ongkos produksi ia merubah kemasan kopi dengan versi yang lebih sederhana dan merakyat.
“kalau packaging kita lakukan riset dulu. Kalau untuk dijual ke kalangan atas memang harus dengan kemasan yang bagus. Itu bahkan menjadi titik poin utama. Sedangkan di pasar lokal kemasan bukan menjadi menarik. yang penting kualitas bagus harga terjangkau,” katanya.
Ia mengaku dengan metode ini, keuntungan bersihnya memang menurun 50 persen namun ia bisa menjual kopi dengan volume yang sama besarnya atau melebihi saat sebelum pandemi.
Dalam sehari Muttaqin dapat menjual kopi bubuk 40-50 kilo untuk memnuhi kebutuhan kopi di pasar tradisionla Gunungwungkal, Tayu, Dukuhseri, Juwana dan trangkil.
“Kalau menjual kopi ke perorangan memang keuntungan kita besar, tapi kan secara jangkauan tebatas. Tapi kalau menjual ke pedagang pasr untuk dijual lagi untuk bisnis memang keuntungannya kecil namun itu nanti akan jadi besar karena jaringan kita lebih luas” tandas Muttaqin. (*)
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Mila Candra
Wartawan Area Kabupaten Pati