Adapun strategi yang ia terapkan untuk tetap bertahan di masa pandemic adalah dengan meningkatkan kualitas produk dan mengikuti trend batik yang sedang berkembang dan tetap menerapkan ciri khas batik dengan model yang tetap modis.
Lanjutnya, ilmu yang ia dapatkan selama mengikuti beberapa kali pelatihan yang diselenggarakan oleh Dindagkop-UKM, ia terapkan dalam usahanya. Salah satunya dengan memanfaatkan akun sosial media untuk berjualan.
“Kami memilih menggunakan group whatsaap karena memang lebih mudah digunakan dan disesuaikan dengan sumber daya kami. Banyak platform yang bisa digunakan tidak hanya marketplace, seperti telegram, Instagram dan sebagainya,” katanya.
Selain itu, UMKM juga dilibatkan secara aktif untuk mengikuti beberapa acara pameran seperti pekan batik. Ia juga mengaku, sempat diberikan kesempatan untuk mengikuti pameran di Republik Kepulauan Fiji untuk mempromosikan batik, namun ditunda karena adanya pandemi Covid-19.
Dalam sehari, sekitar 20-30 pakaian batik mampu ia jual secara online. “Mudah-mudahan pandemi segera berakhir, dan aktivitas bisa kembali normal,” pungkasnya. (*)